Ada kalanya kita mendapati seorang anak atau bahkan anak kita sendiri baik yang berusia balita, anak-anak sampai remaja tampak lemas dan mengeluh gampang capek. Pada periode itu seorang anak seharusnya sedang pada masa aktif bergerak, bereksplorasi dan ceria dengan dunianya. Rasa lemas dan gampang capek pasti mengganggu aktivitas anak sehari-hari  baik ketika belajar di sekolah, di rumah dan maupun saat bermain dengan teman-temannya.Â
Berdasarkan pernyataan WHO, anemia defisiensi besi (ADB) adalah penyebab tersering keadaan lemas dan gampang capek pada anak. ADB merupakan jenis anemia terbanyak di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi di dalam tubuh yang disebabkan : 1). Konsumsi makanan rendah besi, 2). Hambatan penyerapan zat besi di usus halus oleh makanan atau minuman tertentu seperti teh dan susu, 3). Kebutuhan zat besi yang meningkat pada masa pertumbuhan.
Masa anak-anak sampai remaja merupakan fase pertumbuhan tercepat kedua setelah periode bayi. Pertumbuhan berat badan, tinggi badan dan komposisi tubuh berlangsung cepat.
Pada remaja putri, pertumbuhan badan mengalami peningkatan saat menjelang pubertas. Selain untuk pertumbuhan, anak-anak dan remaja sedang pada tahap memiliki aktivitas yang tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan tubuh, diperlukan kecukupan zat gizi makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, maupun mikronutrien seperti vitamin dan mineral termasuk zat besi.
Mengapa zat besi penting? Jelas penting, karena zat besi itu bahan baku untuk membuat hemoglobin di sel darah merah. Hemoglobin ini punya tugas utama untuk mengangkut oksigen dan mendistribusikan ke seluruh tubuh.
Apabila tubuh kekurangan zat besi, maka akan menyebabkan pembentukan hemoglobin terganggu yang pada akhirnya mengakibatkan terganggunya pasokan oksigen ke tubuh. Kekurangan oksigen ini lah yang menyebabkan badan terasa lemas dan gampang  capek.Â
Bagaimana solusi untuk mengatasi ADB? Pertama yang harus dilakukan adalah memastikan anak kita tidak menderita cacingan. Pemeriksaan tinja untuk mendeteksi kecacingan dan pemberian obat cacing minimal 6 bulan sekali penting untuk dilakukan. Langkah berikutnya adalah melihat jenis dan kombinasi makanan yang dikonsumsi anak kita.
Apakah jenis makanan yang dikonsumsi anak kita sudah cukup mengandung zat besi? Apakah pengolahan bahan makanannya sudah tepat sehingga tidak merusak kandungan zat besi didalamnya? Dan apakah kombinasi menu makanannya sudah cukup oke untuk meningkatkan penyerapan zat besi? Untuk topik berikutnya, saya akan secara khusus membahas bahan makanan yang kaya zat besi serta penyusunan menu yang tepat untuk mencegah ADB pada anak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H