PEMBAHASAN
3.1 Â Cara Pembuatan
Loce dibuat dengan bahan dasar Re'a  atau yang sering kita kenal dengan istilah daun pandan. Proses pembuatan itu sendiri diberi nama Rojok/Nanang. Tahap-tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut:
a. Â Re'a dipotong dari pohonnya.
b.Setelah dipotong, re'a dibersihkan dengan cara dikeluarkan duri dengan menggunakan pisau
c. Â Permukaan re'a diraut menggunakan belahan bamboo atau koes dengan cara dihaluskan berulang kali hingga permukaan menjadi lembut.. Bhuka, atau menggulung daun yang sudah lembut.
d. Â Setelah bhuka, daun tersebut akan direbus hingga mendidih.
e. Â Apabila ingin re'a tersebut tersebut berwarna putih bersih, maka akan direndam di sungai yang mengalir selama satu malam. Namun jika menginginkan berwarna hitam atau coklat, maka re'a direndam di kubangan lumpur atau kubangan kerbau selama satu malam juga.
f. Â Sehabis direndam, maka dijemur dan setelah kering dijemur akan diraut ulang hingga lembut.
g. Â Lata, atau re'a disayat dan kemudian disesuaikan lebar daun sesuai dengan kebutuhan.
h. Â Bagian dalam daun atau kone dikeluarkan setelah disayat. Istilah dikeluarkan tersebut adalah cuat. Pewarnaan menggunakan pewarna dari ramuan tradisional. Lalu dijemur.
i.Proses selanjutnya adalah dianyam. Proses ini seringnya memakan waktu dari 1-2 minggu, dan tergantung pada musim kerja. Penganyaman ini dilakukan di waktu luang sembari menunggu musim tanam. Proses penganyaman dilakukan di halaman rumah atau di teras rumah. Setelah dianyam, maka selanjutnya adalah memasang hiasan pada keempat sisi tikat  menggunakan  kain  warna  merah.  Tikar  yang  sudah  dipasang  hiasan  tersebut disebut loce umpuk.
3.2 Pantangan
Ketika masa lampau, para gadis penganyam tikar biasa memanfaatkan malam terang bulan (waktu itu belum ada penerang listrik). Mereka selalu duduk bersama di halaman kampung untuk menganyam atau sekedar meraut daun pandan. Kesempatan ini tidak dimanfaatkan secara sembarangan oleh muda/mudi untuk memadu kasih.
Beberapa pantangan dalam membuat tikar (rojok) adalah yang pertama, ketika ada warga kampung yang meninggal, maka para pengrajin tikat dilarang untuk menganyam ataupun mempersiapkan  semua  bahan  untuk  menenun  tikar.  Pantangan  lain  adalah,  daun  pandan atau re'a yang sudah dipersiapkan tidak boleh dilanggar. Apabila dilanggar, maka dipercaya daun- daun yang telah dipersiapkan itu akan mudah rapuh dan akhirnya putus.
3.3 Pewarna
Masa-masa lampai, orang-orang Manggarai menggunakan pewarna-pewarna alami untuk membuat tikar menjadi berwarna. Mereka menggunakan kulit pohon sejenis damar hutan, yang dalam bahasa Manggarai disebut haju cepang dan haju nara. Untuk menghasilkan warna coklat dan merah, masyarakat menggunakan cepang yang dicincang kemudian direbus bersama dengan daun  pandan.  Sedangkan  untuk  membuat  warna  hitam,  masyarakat  membuatnya  dari  kulit pohon nara,  tao untuk  warna  biru,  daun  pohon lait untuk  warna  kuning,  menggunakan haju uwu untuk membuat warna ungu, dan pelepah pisang yang sudah tua untuk membuat warna hitam.
Sayang sekali penggunaan pewarna-pewarna alamiah tersebut sudah tidak berlaku zaman ini karena pewarna-pewarna alamiah tersebut sudah digeser oleh pewarna buatan seperti kesumba yang oleh orang banyak mudah untuk dijumpai di toko-toko.
3.4 Tikar Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat.