Arif dan Siti merasa terpesona oleh keindahan dan keagungan tempat tersebut. Mereka merasa bahwa mereka berada di tempat yang sangat istimewa dan penuh dengan energi spiritual.
Di altar, mereka menemukan sebuah gulungan kuno yang berisi peta dan petunjuk lebih lanjut tentang jalan menuju Kuil Cahaya. Gulungan itu juga berisi mantra-mantra dan doa-doa yang digunakan oleh para pencari cahaya untuk memohon perlindungan dan bimbingan.
Setelah mempelajari gulungan tersebut, mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui lorong-lorong yang semakin dalam ke dalam gunung. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat kepada tujuan mereka, tetapi juga menghadapkan mereka pada rintangan yang semakin besar.
Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah persimpangan yang membingungkan. Lorong-lorong bercabang ke berbagai arah, dan mereka harus memilih jalan yang benar untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Pak Rahman mengingat salah satu petunjuk dalam gulungan kuno yang berbunyi: "Ikuti cahaya yang bersinar di kegelapan, dan kalian akan menemukan jalan yang benar." Mereka memutuskan untuk mencari tanda-tanda cahaya di lorong-lorong tersebut.
Setelah beberapa saat mencari, Siti melihat kilauan cahaya di salah satu lorong yang tampak paling gelap. Mereka mengikuti cahaya tersebut dan menemukan bahwa itu berasal dari kristal-kristal kecil yang bersinar di dinding lorong.
Lorong itu membawa mereka ke sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan cahaya terang dari kristal-kristal yang lebih besar. Di tengah ruangan, terdapat sebuah patung besar yang menggambarkan seorang pahlawan dengan pedang terangkat ke langit.
Pak Rahman mendekati patung tersebut dan membaca tulisan-tulisan di dasar patung. "Ini adalah patung pahlawan yang disebutkan dalam legenda," katanya. "Ia adalah salah satu pencari cahaya yang berhasil mencapai Kuil Cahaya dan membawa kedamaian ke dalam hatinya."
Arif merasa terinspirasi oleh cerita pahlawan tersebut. Ia merasa bahwa ia juga bisa mencapai tujuan yang sama jika ia tetap berani dan tekun dalam perjalanannya.
Setelah beristirahat sejenak di ruangan tersebut, mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui lorong-lorong yang semakin dalam dan gelap. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat kepada Kuil Cahaya, tetapi juga menghadapkan mereka pada rintangan yang semakin besar.
Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah pintu besar yang terbuat dari batu hitam. Pintu itu dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang menggambarkan berbagai simbol dan gambar yang mereka temukan dalam buku tua.