Karakter pada diri Nabi Muhammad Shallallahu A'laihi Wassallam
faktor utama Rasulullah diangkat menjadi Nabi dan Rasul :
- Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam sebaik baik akhlak yang harus dijadikan teladan karena beliau berakhlak Al -- Quran.
Aisyah pernah ditanya tentang akhlak Nabi. Ia menjawab dengan singkat dan padat, " Akhlaknya adalah Al-Qur'an." Jawaban ini tergolong ungkapan bergaya bahasa mengagumkan, yang singkat, padat, sekaligus mudah dipahami.
Pada kesempatan lain, mereka bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Nabi. Ia menjawab, "Akhlak Nabi ter- kandung dalam sepuluh ayat surah al- Mu'minun."
- Suri teladan yang baik
Pemimpin umat atau pemerintah identik dengan kepala keluarga. Jika kepala keluarga memberi nasihat kepada anak- anaknya agar berakhlak luhur, sementara dirinya masih melakukan dosa-dosa besar, maka nasihat-nasihatnya tidaklah berarti. Akhlak luhur yang diserukan Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam benar-benar terpantul dari dalam diri beliau.
Inilah yang menjadikan dakwahnya berhasil dan para sahabat mengikuti seluruh tingkah lakunya. Beliau adalah sumber cahaya Islam yang menerangi pekatnya kebodohan dan keangkaramurkaan dari timur hingga barat. Dalam kurun waktu tidak lebih dari seperempat abad, wilayah Islam membentang dari Persia di timur hingga negeri-negeri Maghribi di Afrika.
- Akhlak, Surga, dan Neraka
Begitu pentingnya akhlak karena akhlak luhur berhubungan erat dengan surga, sebagaimana akhlak tercela selalu menjerumuskan seseorang ke neraka. Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam bersabda tentang kejujuran dan dusta ;
"Sesungguhnya kejujuran menuntun pada kebajikan dan kebajikan menuntun pada surga. Seseorang selalu berkata jujur sehingga menjadi orang jujur di sisi Allah: sesungguhnya dusta menuntun pada keangkaramurkaan dan keangkaramurkaan menuntun ke neraka. Seseorang selalu berkata dusta sehingga menjadi pendusta di sisi Allah. "(H.R Bukhari dan Muslim)
Nabi Shallallahu A'laihi Wassallam juga bersabda tentang orang munafik ;
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga jika berbicara, ia berdusta, jika berjanji, ia mengingkari, dan jika dipercaya, ia berkhianat "(H.R. Bukhari, Muslim, dan Timida).
Dalam hadist lain tentang obat penyakit hati, Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam bersabda ;
"Jika salah seorang di antara kalian melihat orang diberi keistimewaan dalam harta dan rupa, hendaklah melihat orang yang lebih rendah darinya." (HR. Ahmad. Hadis ini juga diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).
Nabi Sebagai Uswatun Hasanah
Dalam buku Tasawuf Akhlaki  karangan Dr. H. Abdul Rahman, Uswatun Hasanah asal katanya Uswah dan Iswah atau al -- Qudwah dan al -- Qidwah, memiliki arti suatu keadaan ketika manusia mengikuti manusia yang lain dalam kebaikan. Uswatun Hasanah hanya disematkan kepada Nabi Shallallahu A'laihi Wassallam sebagaimana Allah jelaskan dama QS. Al -- Ahzab ayat 21 yang berbunyi ;
"Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah."
Karena keteladanan, akhlak dan budi pekertinya, para sahabat merasa kagum sehingga bersyahadat di awal -- awal Islam masuk. Beliau juga dengan sabar menerima cacian, gangguan, hinaan dan membalasnya dengan do'a. Maksud Rasul uswatun hasanah berarti bahwa Rasul (Nabi Muhammad) adalah suri teladan yang baik bagi seluruh umat manusia.
Allah memberikan jaminan kepada Nabi Shallallahu A'laihi Wassallam karena akhlak terpujinya untuk dijadikan Rasul. Beliau mempunyai sifat -- sifat terpuji yang layak untuk dijadikan teladan, sifat -- sifat itu adalah ;
- Siddhiq
Dalam bahasa Indonesia, siddhiq berarti jujur atau benar. Sifat jujur atau benar selalu melekat pada Nabi Muhammad Shallallahu A'laihi Wassallam. Tidak ada celah kebohongan pada diri beliau. Allah senantiasa menjaga Nabi dari sifat -- sifat tercela.
- Amanah
Amanah dalam bahasa Indonesia berarti "dapat dipercaya". Nabi Muhammad Shallallahu A'laihi Wassallam adalah orang yang sangat memegang teguh amanah. Beliau selalu menepati janji dan tidak pernah berdusta dalam berucap dan berperilaku. Sifat Amanahnya menjadikan beliau pemimpin yang disegani.Â
- Tabligh
Dalam bahasa Indonesia, tabligh berarti "menyampaikan". Sifat ini berarti bahwa Nabi Muhammad Shallallahu A'laihi Wassallam menyampaikan wahyu yang diberikan Allah dengan benar kepada umatnya. Nabi juga sebagai juru dakwah yang unggul dan Kharismatik.
- Fathanah
Fathanah secara bahasa berarti "cerdas" atau "pintar". Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam dikenal sebagai pribadi yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam berbagai bidang. Sifat ini terlihat dari kehebatan Nabi dalam menyusun siasat dalam berbagai peperangan.
- Tawadhu
Tawadhu artinya rendah hati. Sifat ini selalu tercermin dalam kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu A'laihi Wassallam. Dengan sifat rendah hati dan kelembutannya, Nabi tidak mempunyai dendam terhadap orang -- orang kafir yang dahulu membencinya, memakinya dan memberikan kotoran unta. Ini menunjukan akhlak beliau yang sangat mulia dan patun untuk diteladani.
Benang merah antara uswatun hasanah dan tazkiyatun nafs yang bertolakbelakang dengan karakter introvert
Berbicara konsep tazkiyatun nafs, merupakan unsur penting dalam Islam karena ada hubungan erat antara ajaran Islam dengan jiwa. Tazkiyatun nafs berhubungan dengan usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Melalui jiwa yang suci pula, manusia bisa lebih dekat kepada Allah. Begitu pula sebaliknya, manusia tidak akan dekat dengan Allah jika dalam keadaan tercela atau tidak suci jiwanya. Argumen tersebut dikarenakan sifat Allah Yang Maha Suci.
Nabi Muhammad Shallallahu A'laihi Wassallam sebagai Uswatun Hasanah memberikan teladan yang beliau tunjukan dalam sifat -- sifatnya. Tazkiyatun nafs lahir karena implementasi dari meneladani sifat - -sifat Nabi. Tazkiyatun nafs Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam merupakan intisari dari ajaran yang ada dalam al Qur'an. Diriwayatkan bahwa Aisyah ra mengatakan "akhlak Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam itu adalah al Qur'an". Nabi melakukan uzlah, berkhalwat dan tahannuts yang mengantarkannya pada kebenaran yang nyata. Apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh manusia modern, tentu akan melahirkan visi -- misi hidup yang cemerlang.
Dalam ilmu psikologi sendiri orang yang mengasingkan diri dikelompokan ke dalam karakter Introvert. Dalam hal ini, pemahaman Introvert yang dikenal masyarakat luas tidaklah sesuai dengan ajaran Nabi. Karakter introvert menempatkan diri sebagai pribadi yang kaku dan baku. Dalam artian, seseorang dengan karakter Introvert cenderung menahan dan membatasi dirinya dalam  hal apapun karena berhubungan dengan psikis.Â
Orang introvert bisa demikian dikarenakan faktor yang berdampak pada psikisnya. Contohnya, seseorang yang mempunyai luka di masa lalu cenderung menutup diri karena traumanya.
Sesuai dengan  Uswatun Hasanah yang Nabi ajarkan, maka akan tercipta tazkiyatun nafs yang akan mengobati setiap jiwa yang terluka sehingga kembali pada kesucian jiwa. Al Quran sebagai obat penyakit hati, maka sudah sepantasnya menjadikan al Quran dan Sunnah sebagai pegangan.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:
"Adapun penyakit hati, maka ia akan mengantarkan pemiliknya pada kesengsaraan yang abadi. Tidak ada penyembuh bagi penyakit ini kecuali dengan ilmu. Oleh karena itulah, Allah Azza wajalla menamakan kitab-Nya sebagai syifa (penyembuh) untuk penyakit-penyakit yang ada di dalam dada."
 Realita yang terjadi
Pengklasifikasian karakter yang terbiasa di telinga masyarakat membuat stigma Introvert semakin menjustifikasi keintrovert-an dirinya, sehingga menghalanginya untuk melangkah maju dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Bagaimanapun, ketika konsep ini terus disandingkan dengan konsep yang Nabi ajarkan tentu tidak akan sebanding karena konsep yang Nabi ajarkan sudahlah sempurna berdasarkan QS. AL Anbiya ayat 107 ;
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."
Kesimpulannya bahwa ajaran yang pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu A'laihi Wassallam adalah melepaskan diri dari hasad, dengki, iri dan curang, hampa dan selanjutnya mengisi jiwa dengan sifat -- sifat dan akhlak baik. Introvert merupakan satu bagian dari sekian banyak sifat yang hanya bisa disentuh dengan Tazkiyatun Nafs. Tujuan utama pembersihan jiwa dalam kaitan ini adalah mampu mengimplementasikan nilai -- nilai tazkiyatun nafs dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu keluar dari stigma Introvert yang membelenggu.
Ketika jiwa dibebaskan dari belenggu sifat hasad, dengki, luka masa lalu dan trauma, maka pada saat yang bersamaan akan tumbuh akhlak -- akhlak baik, lapang dada, Ikhlas, dan yang paling utama adalah bertambah ketakwaan terhadap Allah Subhanahu Wataa'la. Ajaran-ajaran murni ini kemudian berkorelasi dengan al Qur'an sehingga menjadi pedoman bagi umat manusia secara keseluruhan.
Peristiwa belah dada nabi yang merupakan esensi pembersihan diri merupakan pengantar menuju Islam. Tanpa melakukan tazkiyatun nafs, Islam hanya akan menjadi sekedar nama dan tidak dapat memperoleh kebaikan - kebaikan yang dijanjikan dalam al Qur'an baik di dunia maupun di akhirat.
Sumber ;Â
- Muhammaad H Kamil. Al Mausu'ah Al Quraniyyah. Tematik -- Akhlak jilid III.(PT. Kharisma Ilmu -- Jakarta, 2006), h 10.
- Cane Susan. Quiet 'The Power Of Introverts In A World That Can't Stop Talking' (New York -- 2012)
- Ibnu Rajab Al-Hambali. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Imam Al-Ghazali. Tazkiyatun Nafs. Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Salafushshalih. (Dar Qalam -- Solo, 2021),
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H