Akasya, nama itu indah...namun nasibnya tidak seindah namanya. Akasya adalah gadis yang cantik, dia berumur 18 tahun dan tinggi kira-kira 155 cm. Dia gadis pendiam, dan tidak banyak berbicara. Kesehariannya sepulang sekolah hanya berada di dalam kamar. Dia keluar kamar hanya untuk makan dan tidak banyak berinteraksi dengan keluarganya. Sesekali Akasya mengobrol dengan adiknya, namun terkadang ibunya selalu bersikap sinis tatkala adiknya itu diajak ngobrol.Â
Ibunya, Norma berusia 40 tahun. Dia masih cantik  dan senang bersolek. Tak banyak yang dikerjakan Norma di dalam rumah karena semua pekerjaan rumah diambil alih Bi Inah. Bibi tetangga belakang rumah yang bekerja dan datang setiap pagi, pulang sore hari. Seperti halnya Bi Inah, Norma berangkat setiap kali suaminya itu berangkat kerja dan pulang menjelang sore. Akasya pernah bertanya kemana ibunya itu, pergi hingga pulang menjelang sore, namun ibunya mengomel dan Akasya tidak pernah menanyakannya lagi.Â
Sementara ayahnya Akasya, Rian berumur 50 tahun. Dia adalah seorang pengacara. Pekerjaannya telah menguras seluruh waktunya, sehingga sekalipun pulang ke rumah, tempat favoritnya adalah ruang kerja. Tidak ada yang bisa Akasya harapkan dari ayahnya itu selain uang sakunya.
Sebenarnya Norma sangat dekat dengan adiknya Nathan. Namun, karena peristiwa lima tahun lalu yang membuat Akasya menjadi lebih pendiam dan lebih sering mengurung diri di kamar. Waktu itu, ibu nya memarahi Akasya habis-habisan karena menjatuhkan cake ulang tahun dan membuat berantakan pesta yang seharusnya meriah. Nathan tidak pernah membenci kakaknya, Nathan adalah adik yang baik, tampan dan perhatian, dia menyayangi kakaknya. Nathan kini berusia 13 tahun. Nathan terkadang sembunyi-sembunyi ketika akan menghampiri kakaknya, karena ibunya sudah pasti akan memarahinya tanpa alasan.
Terkadang dia merasa heran atas sikap ibunya yang tidak pernah berubah sejak dia masih kecil. Ibunya selalu membeda-bedakan anaknya. Akasya pernah berpikir "Apakah aku anak pungut?", melihat sikapnya yang seperti itu orang lain akan berpikir kalau dia adalah anak pungut. Dari gestur terlihat sangat jelas kasih sayang ibunya itu berat sebelah. Sementara ayahnya terlalu sibuk bekerja, tidak pernah memperhatikan kondisi di rumah. Bagi ayahnya pekerjaan adalah nomor satu. Bahkan untuk sekedar berceritapun tidak bisa, selalu saja ada gangguan. Pernah suatu ketika, dia ingin berkeluh kesah, selalu saja ibunya menyela dan berada diantara mereka.Â
Sejak Akasya kecil, dia selalu penasaran. Kenapa sikap ibunya itu selalu cepat berubah menjadi baik jika ada ayah. Namun, ketika ayah tidak memperhatikan ibunya itu selalu berubah 180 derajat. Dari kecil, Ibunya tidak pernah mengantarnya ke sekolah. Selalu saja Bi Inah yang mengantarku. Berbeda dengan Nathan ibunya selalu up to date mengenai perkembangan sekolahnya. Datang hanya sekedar dipanggil wali kelas, itupun bersama ayah setahun sekali karena ada pengambilan rapot.Â
DI umur 18 tahun ini, dia bertekad akan memberanikan diri untuk berbicara empat mata bersama ayahnya. Apa yang menjadi kegelisahan selama ini. Dia merasa diusianya yang sekarang ini, sudah cukup dewasa untuk memahami apa yang selama ini menjadi beban dalam hatinya. Akasya hanya menunggu waktu yang tepat, kapan dia akan mengungkapkan itu semua kepada ayahnya.
Di dalam ruang kerja yang begitu hening, Akasya menunggu ayahnya pulang bekerja. Sebenarnya, tidak boleh ada yang masuk ke ruangan itu. Namun Akasya sudah bertekad dan ingin menjawab rasa penasarannya mengenai sikap ibunya itu. Sementara ada Bi Inah yang siaga untuk mengawasi ibunya. Bi Inah bertugas untuk meyakinkan Ibunya Norma bahwa Akasya sedang berada di kamarnya.Â
Dilihatnya buku-buku di atas rak yang begitu rapi. Dia susuri dengan tangan halusnya setiap susunan buku-buku itu, banyak sekali judul di sana namun dia tidak tertarik. Sampai di suatu sudut buku dilihatnya terselip sebuah foto, ayahnya bersama seorang wanita cantik yang tentu saja itu bukan ibunya.Â
Dia wanita lain, "Tapi kenapa terselip diantara buku-buku ini", dia mengernyitkan keningnya memperhatikan wajah wanita di dalam foto itu.Setelah melihatnya, Akasya semakin penasaran dan menambah keyakinannya untuk mendengar penjelasan dari ayahnya.Â
"Klek...", suara pintu terbuka dan itu adalah ayahnya.Â