Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PHK! Dulu Corona Sekarang Resesi

1 Maret 2023   18:04 Diperbarui: 1 Maret 2023   18:08 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tiga tahun kita melewati mimpi buruk di masa pandemi. Mimpi buruk yang menhantui segala aspek kehidupan. Mulai dari kematian yang merajalela tidak mengenal usia, tua, muda, baik yang sehat apalagi yang sakit bisa dengan cepat menyebar. 

Di tengah wabah yang berkecamuk saat itu, banyak perusahaan yang terkena dampaknya. Sehingga, banyak perusahaan yang collaps dan memilih untuk mem- PHK karyawan-karyawannya. 

Tidak terkecuali untuk para pedagang UMKM yang gulung tikar dikarenakan kebijakan pemerintah yang mengharuskan mereka untuk menutup toko-toko dan menonaktifkan seluruh aktivitas jual beli. 

Bagi karyawan yang penghasilannya hanya dari gaji bulanan, tentu dampak PHK menjadi mimpi buruk karena hanya gaji lah satu-satunya sumber penghasilan. PHK menjadi pelampiasan kebijakan perusahaan yang sudah menjadi lagu lama. Contohnya yang terjadi pada Pak Sabeni (nama samaran) yang telah di PHK dua kali selama tiga tahun. 

Pertama, sewaktu wabah Corona melanda negara kita tiga tahun yang lalu, pak Sabeni di PHK dan bertahan dengan menjadi montir suruhan untuk servis sepeda. 

Pada saat itu, sepeda sedang booming-boomingnya dan orang yang tidak biasa bersepeda pun jadi ikut-ikutan. Jadi montir suruhan menjadi berkah tersendiri buat pa Sabeni sebagai mata pencaharian dadakan di saat darurat. 

Beliau pun tidak melewatkan peluang yang di depan mata saat itu, dengan kemahirannya mengotak ngatik sepeda pa Sabebi merambah jadi penjual sepeda bekas dengan membeli onderdil bekas untuk dia poles dan dibuat sepeda setelah itu dijualnya. Keuntungan yang didapat pa Sabeni juga berlipat-lipat.

PHK kedua, terjadi awal tahun ini, pa Sabeni baru dua tahun bekerja di perusahaan baru setelah menganggur setahun lamanya. Pa Sabeni berpendapat, tahun ini bisa jadi yang terberat karena beliau tidak bisa lagi menjadi montir suruhan dan jual beli sepeda seperti tiga tahun yang lalu sewaktu wabah Corona. Karena pada saat itu sepeda sedang di atas awan. 

Namun saat ini, orang sudah mulai bosan dan yang dulu tidak punya sepeda sekarang sudah memiliki sepeda. Saat ini pa Sabeni masih menganggur dan ternyata yang mengalami gelombang PHK bukan hanya pa Sabeni. 

Di perusahaannya, hampir 80% karyawannya kena PHK. Padahal perusahaan tempatnya bekerja termasuk perusahaan asing yang maju dan bonafit. Namun, PHK dilakukan secara random di seluruh Indonesia. 

Dengan menyasar bawahannya dulu dan kemudian atasan-atasanpun tidak luput dari PHK. Diharapkan ada upaya pemerintah untuk mengatasi gelombang PHK yang terjadi di musim resesi ini. Pa Sabeni berharap lapangan pekerjaan  yang ditawarkan pemerintah terbuka luas untuk korban PHK. 

Semoga apa yang menjadi kegelisahan di masyarakat dalam mengatasi resesi ini bisa ditanggapi oleh pemerintah setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun