Mohon tunggu...
Ratna Anggraini
Ratna Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan

peremuan yang percaya pengalaman adalah guru yang terbaik dan ilmu tidak akan ada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Cara untuk Terhindar dari Anemia

24 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 24 Juni 2023   06:02 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengobatan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (Kemenkes, 2018).

Anemia           

Kekurangan darah atau biasa disebut anemia, yakni keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah berada di bawah normal (WHO, 2011). Pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dilakukan dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2001) dengan table sebagai berikut :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengobatan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (Kemenkes, 2018).
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengobatan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (Kemenkes, 2018).

Sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Remaja putri dan Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan kadar hemoglobin darah kurang dari 12 g/Dl menderita anemia (Kementrian Kesehatan R1, 2018). Menurut Riskesdas pada tahun 2018, tercatat sebesar 26,8% anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32% pada usia 15-24 tahun.

Penyebab Anemia     

Penyebab terjadinya anemia ini dikarenakan defisiensi besi (Fe), defisiensi folat, vitamin B12, dan protein. Dengan indikasi utama kurangnya produksi atau kualitas sel darah merah dan bahkan kehilangan darah baik secara akut maupun menahun. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangan asupan gizi baik secara hewani dan nabati. Besi sangat berperan dalam mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Rachmi, dkk, 2019). Jika kekurangan zat besi, sel darah merah yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen tersebut juga akan berkurang. Hal ini mengakibatkan terjadinya anemia.

Selain itu penderita penyakt kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan semacamnya seringkali mengalami anemia akibat kurang asupan gizi atau infeksi penyakit itu sendiri. Pendarahan (Loss of blood volume) akibat trauma atau luka, mengalami infeksi cacing (kecacingan), dan menstruasi lama dan berlebihan dapat mengakibatkan anemia. Penyebab lain anemia bisa terjadi karena hemolitik yang mengaibatkan penumpukan zat besi (hemosiderosis) pada organ hati dan limfa. Penyakit genetik Thalasemia juga dapat mengakibatkan anemia (Kementrian Kesehatan, 2018).

Selain itu, teh dan kopi memiliki kandungan senyawa fitrat dan tannin yang dapat berikatan dengan zat besi sehingga menjadi senyawa yang kompleks. Hal ini membuat zat besi tidak dapat diserap oleh tubuh. Penelitian menunjukkan konsumsi teh satu jam sesudah makan dapat mengakibatkan penurunan penyerapan zat besi hingga 85%. Minum secangkir teh bersamaan dengan konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau tablet penambah darah dapat menurunkan 60% penyerapan besi (Handayani, dkk, 2023). Oleh karena itu pengonsumsian teh, kopi dan makanan atau minuman yang mengandung senyawa fitrat dan tannin harus dikurangi atau dihindari untuk mencegah terjadinya anemia.

Dampak Anemia       

Gejala yang dirasakan penderita anemia secara subjektif (hanya dirasakan oleh penderita) yakni 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), sakit kepala (pusing), mudah mengantuk, sulit berkonsentrasi, dan cepat lelah. Sedangkan gejala klinis (objektif) ditandai dengan pucat pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan (Kementrian Kesehatan, 2018).

Dampak yang akan dialami penderita anemia terutama pada remaja putrid an wanita usia subur (WUS) adalah menurunnya daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena penyakit infeksi, menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen ke sel otot dan sel otak, dan menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.

Upaya Pencegahan

Anemia dapat dihindari dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, asam folat, vitamin A, C, dan zink juga disertai dengan minum tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin membagikan tablet besi kepada para wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil. Tujuan untuk mengembangkan gizi secara bertahap dan berkesinambungan serta melakukan intervensi untuk meminimalisir anemia pada remaja putri dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu (Julaecha, 2020). Upaya meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya dalam megonsumsi tablet tambah darah bersamaan dengan buah-buahan sumber vitamin C, seperti jeruk, papaya, mangga, jambu biji, dan lain-lain. Di samping itu, bisa bersamaan dengan mengonsumsi pangan sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas, dan daging. Contoh lain makanan sumber zat besi adalah telur, kacang kedelai, kacang hijau, dan daun kelor (Kementrian Kesehatan, 2018).

Kesimpulan

Jadi, penyakit anemia ini perlu kita waspadai karena memiliki dampak yang sangat buruk bagi tubuh kita. Namun hal tersebut bisa kita cegah dengan menghindari konsumsi teh, kopi dan makanan atau minuman yang mengandung senyawa fitrat dan tannin secara berlebih. Tidak lupa mencukupi asupan zat besi bagi tubuh melalui konsumsi pangan sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas, dan daging. Kemudian makanan sumber zat besi lainnya yakni telur, kacang kedelai, kacang hijau, dan daun kelor. Bagi remaja putrid an wanita usia subur dapat dibarengi dengan konsumsi tablet tambah darah (TTD) rutin 1 tablet per minggu sesuai anjuran kementrian kesehatan agar asupan zat besi terpenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun