Suasana hati Kinan rasanya sangat membaik setelah Jinan mengatakan hal panjang itu untuknya, "Udah ya nangisnya? Adik Abang jelek kalau nangis," pinta Jinan sementara Kinan menampilkan wajah cemberut ketika diejek Jinan.
"Makan dulu ya? Mau abang suapin?" Malam itu Kinan benar-benar kembali pada dirinya yang kecil. Kali ini suasananya berbeda, bukan dengan Bundanya melainkan bersama Jinan. Sungguh jikalau ada Jinan di setiap rumah, maka dipastikan tidak ada hal yang perlu dirisaukan. Lewat tindakan dan ucapan magisnya ia mampu menghangatkan seisi rumah. Menenangkan.
"Abang?'' panggil Kinan.
"Hm? Kenapa?"
"Makasih, makasih buat semuanya. Makasih udah terlahir jadi Abangnya Kinan," ungkap Kinan, sedangkan Jinan hanya tersenyum mendengar ucapan adiknya. "Abang juga makasih karena Kinan masih mau di sisi Abang, kedepannya kita jalani hidup dengan bahagia, ya?"
Kinan tersenyum. "Selama Abang tetap di samping Kinan, gak ada yang perlu dikhawatirkan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H