Angelo menghela napas panjang. Situasinya buruk. Jika gadis itu jatuh ke tangan massa, dia mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan untuk membela dirinya.
"Kalau begitu, kita bawa ini ke polisi," kata Angelo.
Namun, sebagian besar orang sudah memiliki vonis mereka sendiri.
"Buang-buang waktu! Polisi akan memercayai pemilik toko, bukan seorang gadis liar!" seru seseorang di kerumunan.
Angelo membalas sambil melihat sekeliling dan tahu bahwa dia harus bertindak cepat.
"Hukum harus ditegakkan, bukan diputuskan oleh emosi massa!" katanya. "Baiklah, aku yang akan bertanggung jawab dan membawanya ke kantor polisi sendiri."
Orang-orang berbisik di antara mereka, tetapi tidak ada yang berani menentang langsung pria setegas Angelo Ferranti.
Di kantor polisi distrik Roma, gadis berusia 26 tahun itu duduk diam menatap meja di hadapan. Wajahnya masih tegang, tetapi sorot mata sedikit lebih tenang.
Di hadapan Angelo dan si gadis, Inspektur Lorenzo Moretti, seorang pria berusia lima puluhan dengan janggut tipis, menyandarkan tubuhnya di kursi. Tatapannya penuh skeptisisme.
"Jadi, kau percaya Bianca ini tidak bersalah?" tanyanya sambil menatap Angelo dan menyebut nama si gadis.
"Aku percaya dia berhak atas investigasi yang adil," jawab Angelo mantap.