Film Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah sebuah drama keluarga yang menghangatkan hati, menyajikan kisah cinta, kehilangan, dan perjuangan ayah tunggal dalam membesarkan anaknya. Film ini diproduksi oleh MD Pictures, salah satu rumah produksi terbesar di Indonesia, dan disutradarai oleh Hanny R. Saputra.
Menariknya, film Ayah Menyayangi Tanpa Akhir merupakan adaptasi dari novel karya Kirana Kejora dengan judul yang sama. Kabarnya, Kirana menulis cerita tersebut berdasarkan kisah nyata, membuat emosi dalam film terasa semakin autentik. Film berdurasi 1 jam 28 menit ini pertama kali tayang pada 29 Oktober 2015, dan menambah daftar film Indonesia yang mengangkat sosok ayah sebagai tokoh sentral, seperti film-film produksi MD Pictures sebelumnya.
Ayah Menyayangi Tanpa Akhir menggambarkan indahnya kisah cinta antara Arjuna (Fedi Nuril), seorang pria keturunan ningrat Jawa, dan Keisha (Kelly Tandiono), seorang perempuan Jepang. Perbedaan budaya menjadi tantangan besar dalam hubungan mereka. Terbukti, cinta mereka lebih kuat dari segala rintangan. Namun, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama. Keisha harus pergi untuk selamanya tepat di malam kelahiran putra mereka, Mada (Naufal). Sejak saat itu, Juna harus berjuang membesarkan Mada seorang diri. Namun, takdir kembali menguji keteguhannya ketika Mada didiagnosis mengidap penyakit kanker, yang mengancam kebersamaan mereka.
Secara visual, film ini menyuguhkan keindahan budaya Jawa yang kental. Setiap adegan ditampilkan dengan pencahayaan lembut, menciptakan atmosfer resonansi batin yang mendukung cerita.
Fedi Nuril kembali membuktikan kepiawaiannya dalam membawakan peran pria yang tegar, tetapi rapuh dalam kesedihannya. Sebagai Juna, dia berhasil menyampaikan berbagai spektrum emosi; mulai dari bahagia, kehilangan, hingga harapan yang terus diperjuangkan.
Kelly Tandiono sebagai Keisha memberikan pesona yang kuat meskipun kehadirannya dalam film ini tidak lama. Chemistry-nya dengan Fedi Nuril terasa alami, sehingga penonton benar-benar merasakan kepedihan saat karakter Keisha pergi untuk selamanya.
Sementara itu, Naufal berperan sebagai Mada, tampil menggemaskan sekaligus mengharukan. Dia membawa dinamika yang membuat perjalanan sentimental Juna semakin menyentuh.
Film ini dipenuhi dialog-dialog yang menggugah perasaan. Di titik puncak perjuangan Juna sebagai seorang ayah, dia mengungkapkan cintanya yang tanpa syarat kepada Mada.
Musik latar melankolis memperkuat film ini. Alunan lembutnya mengiringi setiap adegan penuh luapan jiwa. Penggunaan musik yang tepat membuat momen kehilangan, harapan, dan cinta terasa semakin dalam.
Sebagai hasil alihwahana dari novel Kirana Kejora, Ayah Menyayangi Tanpa Akhir bukan sekadar film drama keluarga biasa. Ini adalah kisah tentang cinta takterbatas, pengorbanan, dan keteguhan hati seorang ayah dalam menghadapi cobaan hidup.
Bagi yang mencari film Indonesia bertema keluarga penuh makna, Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah pilihan tepat. Film ini mengajarkan bahwa cinta seorang ayah tak pernah mengenal akhir; dia abadi, menyelimuti, dan selalu ada.
Film tentang ayah Indonesia dari MD Pictures? Ada, dong! Salah satunya adalah Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, yang akan membuat siapa pun merenungkan makna cinta dan kehilangan. Jangan lupa siapkan tisu, karena perjalanan Juna dan Mada akan membuat air mata tak terbendung.Â
Eits, jangan lupa! Energi wastra batik parang dalam film Ayah menyayangi Tanpa Akhir memantik lahirnya buku Wastra Grantha Asmaraloka. Sebuah antologi cerpen filmis karya 57 cerpenis yang tergabung dalam Elang Nuswantara. Sebuah komunitas writerpreneur pencinta budaya Nuswantara. Buku ini digawangi Miya'z Script Agency dan Pasukan Elang Merah.
Segera terbit, selamat menanti dan membaca! (RK)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI