Mohon tunggu...
Rati Kumari
Rati Kumari Mohon Tunggu... Penulis - An Author A Writerpreneur

Author, Writerpreneur, Proofreader, Cultural Ambassador of The Alpha E-Magazine, Love arts, singing, and learning any language.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bang Udin dan Warteg Digital

30 Januari 2025   18:03 Diperbarui: 30 Januari 2025   18:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena banyak rating jelek, warteg "Makmur Jaya" turun peringkat di aplikasi. Orderan mulai sepi lagi.

Sampai akhirnya, datang seorang pelanggan baru. Orangnya rapi, pakai kemeja mahal, bau parfumnya kayak toko mewah di mal.

"Bang, saya mau beli warteg ini!" katanya santai.

Bang Udin melongo. "Hah? Beli warteg? Buat apa?"

"Saya mau ubah jadi warteg startup. Warteg digital dengan konsep modern. Makanan tetap enak, tetapi semua serba otomatis. Pakai sistem robot, pembayaran QR code, dan delivery drone. Saya beli dengan harga bagus."

Bang Udin garuk-garuk kepala. "Lah, ini warteg apa restoran luar angkasa?"

Euis yang ngedenger langsung kepo, "Pak, kalau dijual dapet berapa?"

Si orang kaya senyum. "Lima ratus juta."

Bang Udin hampir keselek air liur. Lima ratus juta?!

"Ya, tapi ada satu syarat. Bang Udin tetap jadi ikon warteg ini, jadi maskot buat promosi. Boleh?"

Bang Udin nyengir. "Jadi maskot? Maksudnya foto muka gue ditempel di spanduk?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun