Mohon tunggu...
Rati Kumari
Rati Kumari Mohon Tunggu... Penulis - An Author A Writerpreneur

Author, Writerpreneur, Proofreader, Cultural Ambassador of The Alpha E-Magazine, Love arts, singing, and learning any language.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wajah Badut

15 Januari 2025   13:21 Diperbarui: 15 Januari 2025   13:21 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susann Mielke/Pixabay

Wajahnya berhiaskan senyum merah tebal, hidung bulat besar, dan rambut keriting warna-warni. Setiap sore, Pak Samin berdiri di sudut lampu merah berkostum badut lusuh. Di sisi Pak Samin, Anwar, anak semata wayangnya, memegang kaleng kencleng kecil. Suara riang badut yang dia ciptakan, tawa kecil Anwar, dan dentingan uang logam dalam kaleng adalah gema harmoni setiap senja. Mereka terlihat bagai duet sempurna, membawa sejumput keceriaan di tengah ruwetnya kota.

Namun, saat malam tiba, harmoni itu sirna. Di balik pintu kamar kontrakan sempit mereka, Anwar menunduk muram sambil merapikan uang di atas kasur. Pak Samin membuka riasan badutnya dengan gerakan lambat. Tatapan kosong terpancar dari mata Anwar, seolah ada beban besar yang tak terucap. "Besok kita kumpulkan lebih banyak lagi, Nak," kata Pak Samin lirih. Anwar hanya mengangguk. Mata kecilnya menatap tumpukan uang yang mulai memadai di dalam toples plastik besar di pojokan kamar.

Seminggu kemudian, suasana sudut lampu merah berubah. Anwar berdiri seorang diri, membawa poster besar bertuliskan, "Terima kasih telah membantu pengobatan Ayah saya." Di sebelahnya, ada kursi roda kosong, sementara kostum badut lusuh itu kini tersampir di punggung. Wajah kecil Anwar masih berusaha tersenyum, tetapi matanya penuh luka yang takbisa disembunyikan. Dia memegang kencleng kecil yang kini hanya berisi satu senyuman terakhir ayahnya. (RK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun