[caption id="attachment_143104" align="aligncenter" width="300" caption="green-canyon-pangandaran-by-tegug-triwidodo"][/caption] Beberapa waktu lalu untuk merayakan kelulusan seorang teman, saya dan beberapa teman memutuskan untuk berwisata sekaligus melepas penat selama masa-masa skripsi. Karena kami sudah lama tidak mengunjungi pantai maka kami memilih untuk mengunjungi pantai Batu Karas yang terletak di desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang, Ciamis Jawa Barat. Kami berangkat dari Bandung sekitar pukul 5 sore dan sampai sana ketika hari sudah malam. Maka main-main di pantai kami tunda hingga keesokan harinya dan menginap di salah satu losmen yang banyak terdapat di pinggir pantai Batu Karas. Hanya tinggal menyebrang jalan di depan losmen kita sudah berada di bibir pantai. Esoknya, setelah puas bermain air pada pagi hari, kami kemudian memutuskan untuk mengunjungi wisata alam lain yangterdapat di Ciamis ini, Green Canyon.
Jika Amerika memiliki Grand Canyon yang sangat menawan, Indonesia mempunyai Green Canyon, tempat wisata yang tak kalah unik dan cantik. Green Canyon yang memiliki nama asli Cukang Taneuh, dalam bahasa Indonesia berarti Jembatan Tanah, terletak di Desa Kertayasa. Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada tahun 1993.
Ada dua kegiatan seru yang bisa kita lakukan di Green Canyon ini. Pertama adalah body rafting, bagi yang suka dengan olahraga ekstrem, atau menyusuri sungai dengan menggunakan perahu yang bisa disewa dengan harga Rp. 75.000,00 untuk bolak-balik.
Untuk body rafting disarankan kita memiliki mental dan fisik yang kuat karena perjalanan mengikuti arus sungai Cijulang dengan hanya mengenakan jaket pelampung atau life vest itu dilalui selama 3-4 jam. Dalam perjalanan kita juga sesekali harus memanjat tebing untuk mencapai lokasi lain jika dirasa debit air atau jeram terlalu berbahaya untuk dilewati dengan berenang. Perjalanan sejauh 5 Km ini dimulai dari depan Goa Kelelawar dan berakhir di Green Canyon gate. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi dengan pemadangan sekitar sungai yang bertebing dan dipenuhi dedaunan. Sungguh menakjubkan.
Tidak perlu khawatir dengan perjalanan karena ada banyak travel agent yang menawarkan paket body rafting Green Canyon ini. Setiap travel agent umumnya dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang memadai (life vest, helm, tali tambang) dan pemandu yang sudah handal. Untuk lebih merasakan ekstremnya body rafting disarankan untuk datang pada musim penghujan ketika air sungai berwarna coklat, karena katanya arus air lebih deras dibandingkan pada musim kemarau.
[caption id="attachment_143107" align="alignleft" width="150" caption="Perahu Green Canyon"][/caption] Karena pada saat itu hari sudah hampir sore maka saya dan teman-teman memilih untuk menyusuri sungai dengan perahu. Untuk wisata dengan perahu ini disarankan datang sekitar musim kemarau pada saat air berwarna kehijauan. Perjalanan ini memiliki starting point berbeda dengan body rafting. Jika body rafting dimulai dari depan Goa Kelelawar dan mengikuti arus hulu sungai maka perjalanan dengan perahu dimulai dari dermaga kapal Green Canyon. Untuk masuk ke dermaganya kami dipingut biaya Rp. 12.500 perorang. Kemudian kami menyewa perahu yang bisa disewa beramai-ramai sekitar 4-6 orang untuk lebih menghemat biaya. Perjalanan dengan perahu ini dilewati sekitar 15-25 menit. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan air sungai yang hijau dan pepohonan yang lebat di pinggir sungai. Sepertinya dari sinilah nama Green Canyon berasal.
[caption id="attachment_143108" align="alignright" width="150" caption="sedikit panjat-panjat"][/caption] Sesampainya di Green Canyon kami akan disambut dengan pemandangan yang menakjubkan. Air yang jernih berwarna kehijauan, tetesan air segar dari bebatuan tebing yang mengapit di kanan dan kiri, pepohonan rimbun, dan anak-anak kepiting yang mengerumuni bebatuan pinggir tebing. Kami seperti dibawa masuk ke dalam gua tanpa atap. Di Green Canyon ini kemudian kami berenang melawan arus sungai. Tentu saja untuk keselamatan, kami dibekali dengan life vest, tali tambang dan dibimbing oleh pemandu yang sudah sepaket dengan perahu. Sama seperti body rafting, di beberapa bagian kami juga diharuskan mendaki tebing untuk mencapai suatu tempat. Seperti untuk berendam di satu sendang atau sumber air yang terletak di atas tebing sekitar 3 meter. Sendang ini merupakan tujuan akhir dari perjalanan di Green Canyon, setelah itu kami kembali ke tempat perahu menunggu. Berenang santai dengan bersandar pada punggung dan kepala menengadah ke atas, pemandangan langit biru dan hijaunya rimbunan pohon saat itu benar-benar tak terlupakan. ”Kayak di surga ya?” celetuk teman saya.
[caption id="attachment_143111" align="aligncenter" width="300" caption="Berenang kayak gini paling asyik"][/caption]
[caption id="attachment_143121" align="alignleft" width="126" caption="Batu Payung - pic taken from: mypangandaran.com"][/caption] Sebelum sampai ke tempat perahu, kami menguji adrenalin dengan mencoba loncat dari sebuah batu besar, yang diberi nama Batu Payung, dengan ketinggian 5 meter ke dasar sungai. Sungguh menegangkan. Beberapa teman saya yang takut ketinggian memilih untuk berenang dan bermain air sambil menyaksikan yang lainnya loncat dari batu tebing sambil mengabadikan keindahan Green Canyon dengan kamera menggunakan underwater case. Sesudah puas bermain air dan loncat dari batu tebing, kami pun kembali ke dermaga Green Canyon menggunakan perahu yang sama yang menunggu selama kami berenang. Pulangnya sekujur badan kami terasa sangat pegal namun jika mengingat keindahan alam dan serunya perjalanan kami rasanya pegal-pegal ini, sih, sepadan. Sungguh perjalanan yang luar biasa, kepenatan kami hilang dan pikiran terasa lebih fresh. Lain waktu, saya akan kembali dan menaklukan arus Green Canyon,lagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H