Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Toxic di Dunia Kerja: Susahnya Mengapresiasi Kontribusi Orang Lain

3 Juni 2023   10:02 Diperbarui: 4 Juni 2023   17:48 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepribadian toxic di tempat kerja yang perlu dihindari.(Freepik/Derich_Anrey)

Lantas bagaimana meloloskan diri dari rekan kerja toxic?

Dari tiga pengalaman saya di atas, semuanya saya lawan di saat-saat terakhir. Saya melawan setelah semua jobdesk saya selesai dan di mengirimkan surat pengunduran diri. 

Adapun ada hal yang perlu saya lakukan untuk membela diri apabila dia menjatuhkan saya di depan umum, saya speak up entah itu lewat grup bersama atau langsung berkonsultasi dengan atasan. Namun saya tidak akan pernah bekerja sama lagi dan menghapus kontak/blokir nomor orang tersebut.

Setelah melalui banyak lika liku dan perjumpaan dengan berbagai macam orang dengan karakternya yang unik-unik saya kemudian belajar untuk membangun tembok di diri saya sendiri. Menggunakan insting lima menit berbicara dengan rekan kerja baru bagi saya sudha sangat cukup membantu. 

Jika terpaksa harus bekerja sama maka saya hanya akan fokus dengan pekerjaan dan menutup informasi pribadi yang tidak perlu dia ketahui. 

Saya akhirnya terlatih untuk tidak terlalu ramah dengan orang-orang yang sedari awal sudah mulai menunjukkan gejala toxic dan menempatkan diri kita setara. Bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa kita tidak akan memberi dia kesempatan untuk berkomentar mengenai hal yang tidak ada hubungannya dengan profesionalisme kita. 

Ini bisa dilakukan dan memang memakan waktu tidak sebentar. Kepercayaan diri saya mulai terbangun kembali ketika saya menemukan ruang merdeka saya dalam bekerja. Butuh jam terbang untuk membuktikan diri kita cukup profesional dalam bekerja dan diakui oleh orang sekitar. 

Perlahan tapi pasti kita akan menemukan ruang berpijak yang nyaman dan kita tidak akan mudah digoyahkan oleh tekanan atau sekadar omongan tidak penting dari orang-orang toxic di lingkungan kerja. Tentu teman-teman lain juga punya cara sendiri untuk menghindari dan meloloskan diri dari orang toxic. Intinya ketika memutuskan untuk meloloskan diri, berarti kita juga harus sadar apa sebenarnya kemampuan diri kita sendiri yang membuat kita bisa mandiri dan memperjuangkan nasib kita sendiri. 

Jikalau belum menemukan solusi dan harus bertahan di tempat kerja yang tidak menyehatkan lagi, tidak ada jalan lain selain speak up atau belajar ilmu bela diri. Setidaknya apabila sikap toxic verbal berakhir dengan perundungan fisik, kita masih bisa membela harga diri kita. 

Saya selalu menanamkan kalimat ini di kepala, "Kamu bukan siapa-siapa sehingga berhak menentukan, dan menginjak harga diri saya. Kita setara tapi dengan mental picikmu kamu jauh-jauh sekali di bawahku." Percayalah mantra ini sangat mujarab memberi energi positif sebelum berangkat kerja atau menemui orang baru.

Selamat Liburan :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun