Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Toxic di Dunia Kerja: Susahnya Mengapresiasi Kontribusi Orang Lain

3 Juni 2023   10:02 Diperbarui: 4 Juni 2023   17:48 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang saya diskusi ke sahabat saya sendiri mengapa ada karakter seperti itu dan orang tersebut seperti merasa tidak bersalah dan jawabannya adalah karena ada masalah insecurity dengan dirinya. 

Orang yang sebenarnya insecure dengan dirinya "katanya" lebih mudah menyerang orang lain yang dilihat masih newbe di lingkungan kerja yang baru. Alasannya sederhana, karena ingin menutupi kekurangannya dia menyebutkan lebih dulu kekurangan orang lain. 

Cara itu membuat si rekan toxic lebih puas dan bangga pada dirinya bahwa dia lebih baik dari orang lain karena bisa menekan orang lain.

Dia bisa saja punya harapan agar kita yang normal ini akhirnya menjadi insecure dengan kemampuan kita sendiri, menjadi ragu dengan jawaban atau performa kita, mulai tidak percaya diri menyampaikan gagasan lalu si rekan toxic ini akan menampilkan dirinya di depan atasan sebagai orang yang percaya diri dan mampu melakukan pekerjaan sulit padahal apa yang dibanggakan adalah hasil kerja orang lain. 

Begitu menyadari berbahanya rekan saya ini dalam perkembangan saya ke depan akhirnya saya memberanikan diri untuk melepaskan diri dan mandiri. Biasanya kami dipasangkan sebagai tim, namun akhirnya saya memilih keluar dari perusahaan dan membentuk tim saya sendiri, mulai dari nol.

Meloloskan Diri Dari Rekan Kerja Toxic

Kenapa meloloskan? ini adalah kondisi dimana kita sudah bersama dengan orang toxic ini bertahun-tahun atau berbulan-bulan sehingga perlu cara untuk meloloskan diri. 

Dahulu ketika memutuskan untuk keluar dari kantor dan memulai pekerjaan saya sendiri sebagai freelance saya akhirnya menemukan kemerdekaan berpikir yang sudah hilang sejak lama. 

Semasa kuliah saya cukup sering diapresiasi oleh dosen saya, bahkan diterima bekerja di salah satu konsultan juga berkat karya-karya sayembara desain tata kota waktu itu. Makanya saya shock ketika bekerja sama dengan si rekan toxic ini semua pekerjaan saya yang sifatnya membackup dia justru selalu salah di matatnya. Tapi begitu saya mengerjakan pekerjaan wajib saya dan menyerahkan ke atasan, atasan saya tidak pernah komplain bahkan mengajak saya bertemu dengan panitia lelang untuk mengoreksi TOR pekerjaan mereka. 

Tidak cuma satu orang seperti ini yang jumpai, dan akhirnya saya bertemu orang toxic di dunia kerja ini lebih dari tiga orang dan lucunya semuanya adalah perempuan. Pengalaman ini sangat penting dan berharga bagi saya, karena intuisi saya lebih cepat memahami karakter seseorang hanya dalam lima menit pertama berbicara. 

Begitu radar alami saya mengatakan tidak, maka saya tidak akan menerima pekerjaan tersebut. Hasilnya hampir 100 persen tepat karena biasanya yang mengambil pekerjaan saya adalah teman saya yang lain dan tidak lama setelah pekerjaan berjalan, teman saya sudah ingin menyerah dan berhenti dari proyek tersebut karena tidak tahan dengan sifat-sifat buruk dari orang-orang toxic ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun