Apa yang terjadi di India dengan fenomena lompatan teknologinya membuat saya bertanya-tanya, mengapa ada ironi di negara ini. Ironi yang saya maksud adalah di tengah rencana-rencana hebat India dalam kemajuan teknologi mengapa masih ada orang-orang kelaparan, atau kejahatan seksual yang menghantui wisatawan asing. Di sisi lain ledakan penduduk dan akses ke sanitasi dan air bersih menjadi masalah besar hingga saat ini. Masalah yang Indonesia juga hadapi selama bertahun-tahun.
India sama dengan Indonesia, mungkin. Kita sebenarnya sudah banyak melakukan lompatan teknologi namun masih sayup-sayup. Narasinya belum benar-benar digaungkan dalam program-program dan kebijakan strategis di lintas eksekutif.Â
Sayangnya di luar sana orang-orang kreatif ini masih berjuang sendiri-sendiri, berdarah-darah sendiri meniti karirnya, barulah ketika berhasil orang-orang yang punya kepentingan berdatangan menjabati tangan atau sekadar unjuk muka. Selain pada dasarnya sebagian orang-orang kita memang senang melihat orang lain tidak berhasil atau kita iritasi melihat rekan kerja ingin maju, kita mengoloknya gila.
Apa yang diraih India saat ini tidak lepas dari bagaimana Narendra Modi memahami pentingnya penglihatan. Dalam kosmologi Hindu India, kreativitas itu tidak pernah dipaparkan secara jelas namun melalui gagasan.Â
Peninggian Modi terhadap penglihatan ini yang mengubah semuanya, Modi mungkin tidak benar-benar melakukan sesuatu sama seperti Elon Musk, Modi hanya "melihat" sesuatu. Karena bagi umat Hindu indra adalah penglihatan, mereka ke kuil bukan untuk memuja tapi untuk melihat sosok dewa.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H