“Cara kerjanya rapi sekali dan kombinasi warnanya sangat menarik, gumam bu Rukinah. “Badrun dapat dari siapa rajutannya nak?”.
Dengan wajah polosnya Badrun menuturkan kalau kain rajutan itu dari temannya. Badrun kemudian menceritakan alasannya selalu membawa lima telor ceplok setiap pagi ke sekolah. Badrun punya teman sebangku namanya Alif, dia tinggal cukup jauh dari sekolah. Alif harus naik sampan untuk menyeberang ke kampung Jaban Timur, setiap pagi.
“Badrun lihat, si Alif ga pernah bawa sarapan ke sekolah mak”, Alif tidak sempat menunggu ibunya buatin sarapan soalnya dia punya adik yang masih kecil, tiap pagi harus diurusi sama ibunya”.
“Kalau tetap nunggu dibuatin sarapan, Alif takut ga kebagian naik sampan”.
“Alif bisa terlambat ke sekolah mak kalau terlambat naik sampan”.
“Jadi Badrun ngasih telornya buat Alif juga? Bu Rukinah masih penasaran dengan cerita Badrun anaknya.
“Iya mak, maafin Badrun. Badrun takut ngasih tau emak, takut dimarahin emak sama bapak”. Badrun tertunduk lesu tidak berani melihat wajah ibunya.
“Ya ampun Run, emak ga mungkin marahin Badrun kalau emak ga tau salahnya Badrun apa”.
“Badrun sarapan sama Alif sebelum jam pelajaran dimulai mak, habis 2 telur ceplok. Jam istirahat kami makan lagi, sisanya masih ada 1 telur ceplok.”.
“Berarti masih ada 1 telur lagi Run”. Ibu Rukinah makin penasaran dengan cerita Badrun dan temannya Alif.
“Satunya dibawa Alif pulang ke rumah mak, dibagi juga sama ibunya”.