Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerita Pagi: Telur Ceplok Badrun

13 Januari 2014   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Cara kerjanya rapi sekali dan kombinasi warnanya sangat menarik, gumam bu Rukinah. “Badrun dapat dari siapa rajutannya nak?”.

Dengan wajah polosnya Badrun menuturkan kalau kain rajutan itu dari temannya.  Badrun kemudian menceritakan alasannya selalu membawa lima telor ceplok setiap pagi ke sekolah. Badrun punya teman sebangku namanya Alif, dia tinggal cukup jauh dari sekolah. Alif harus naik sampan untuk menyeberang ke kampung Jaban Timur, setiap pagi.

“Badrun lihat, si Alif ga pernah bawa sarapan ke sekolah mak”, Alif tidak sempat menunggu ibunya buatin sarapan soalnya dia punya adik yang masih kecil, tiap pagi harus diurusi sama ibunya”.

“Kalau tetap nunggu dibuatin sarapan, Alif takut ga kebagian naik sampan”.

“Alif bisa terlambat ke sekolah mak kalau terlambat naik sampan”.

“Jadi Badrun ngasih telornya buat Alif juga? Bu Rukinah masih penasaran dengan cerita Badrun anaknya.

“Iya mak, maafin Badrun. Badrun takut ngasih tau emak, takut dimarahin emak sama bapak”. Badrun tertunduk lesu tidak berani melihat wajah ibunya.

“Ya ampun Run, emak ga mungkin marahin Badrun kalau emak ga tau salahnya Badrun apa”.

“Badrun sarapan sama Alif sebelum jam pelajaran dimulai mak, habis 2 telur ceplok. Jam istirahat kami makan lagi, sisanya masih ada 1 telur ceplok.”.

“Berarti masih ada 1 telur lagi Run”. Ibu Rukinah makin penasaran dengan cerita Badrun dan temannya Alif.

“Satunya dibawa Alif pulang ke rumah mak, dibagi juga sama ibunya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun