Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lompatan Jauh Tata Kota Singapura

25 Januari 2014   00:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan dari Malaysia melalaui Johor menuju Singapura membuat saya seakan tidak percaya dengan apa yang saya saksikan. Tiba di imigrasi perbatasan Malaysia-Singapura sekitar pukul 04.30 subuh. Di depan bis yang saya tumpangi sudah berjejer dua bis lainnya. Kejadian yang membuat saya terheran-heran adalah penumpang bus itu sebagian besar anak sekolah.

Beberapa anak sekolah dan rombongan pekerja lainnya berlomba turun dari bis, bahkan setengah berlari menuju loket pemeriksaan. Mengapa mereka harus berlari-lari seperti itu, tidak bisakah berjalan saja? saya bertanya-tanya sendiri. Sementara saya dan rombongan lainnya cukup santai waktu itu.

Melalui informasi travel guide, saya akhirnya diberi tahu bahwa anak sekolah itu adalah warga Malaysia yang bersekolah di Singapura. Mereka harus berangkat lebih cepat karena mereka akan melalui dua pintu imigrasi, perbatasan di Malaysia dan imigrasi yang ada di Singapura.

Antrian di bagian imigrasi ini terhitung sangat panjang, karena anak sekolah tersebut harus berebutan antrian juga dengan para buruh tenaga kerja. Mereka berangkat pukul berapa ya dari rumah?, saya masih dibuat kagum dan setengah tidak percaya dengan kejadian itu. Saya malu, kalau mengingat masa SMA, kejadian ini seperti tamparan keras bagi saya.

Ternyata di tempat lain ada anak-anak muda yang begitu gigih memperjuangkan cita-citanya. Anak-anak tersebut tidak dilemahkan semangat belajarnya oleh jarak sekolah. Sementara kita mungkin masih asik memeluk guling pada pukul 05.00 subuh, anak-anak perbatasan ini sudah berlari menyeberang perbatasan.

Mental anak-anak ini terlatih sebagai mental pejuang pengetahuan, cukup tangguh berjuang di pagi buta. Mungkin perjuangan mereka adalah sepasang kisah perjuangan anak-anak Indonesia yang harus melintasi sungai untuk sampai ke sekolah karena infrastruktur jalan yang tak kunjung dibenahi.

Selepas melewati perbatasan Johor – Singapura, saya kemudian mulai memasuki kota Singapura. Ini adalah perjalanan saya pertama kali ke luar negeri, dan jujur saja saya merasa agak linglung waktu itu. Saya kembali dibuat kagum dengan kota Singapura,  saya merasa seperti berada di miniatur kota.

[caption id="attachment_318000" align="aligncenter" width="467" caption="Taman kotanya sangat bersih"][/caption]

Sepanjang perjalanan saya melihat banyak taman-taman dan RTH, jembatan penyeberangannya juga di penuhi tanaman-tanaman. Green Infrastructure, adalah infrastruktur hijau yang dikembangkan di daerah perkotaan. Tujuannya untuk mengembangkan jaringan hijau pada jalan air (waterway), green park (taman hijau), sebagai bagian dari kegiatan konservasi dalam satu wilayah kota.

[caption id="attachment_317997" align="aligncenter" width="441" caption="salah satu jembatan penyeberangan di Singapura, jembatan ini dikelilingi tanaman"]

139058514247386187
139058514247386187
[/caption] [caption id="attachment_317998" align="aligncenter" width="467" caption="pedestrian untuk pejalan kaki"]
13905852111389668857
13905852111389668857
[/caption]

Pembangunan kota di Singapura memperhatikan betul semua aspek lingkungan, sehingga kota ini menjadi salah satu sepuluh kota terbaik di dunia. Tata kelola air dan konservasi di kota Singapura bermanfaat banyak bagi masyarakatnya. Di ruang publiknya bahkan menyediakan air keran yang bisa diminum langsung.

Kota Singapura adalah kota serba teratur, jangan berpikir akan menemukan pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Kota Singapura ditata agar warga kota nyaman berjalan kaki di kawasan wisata. Transportasi umum seperti BRTnya (Bus Rapid Transit) juga sangat bersih, aman dan nyaman.

Salah satu faktor yang menyebabkan tata kota Singapura berjalan sesuai dengan rencana adalah, kota Singapuraa menerapkan aturan ZR (Zoning Regulation). Zoning Regulation atau peraturan zonasi, adalah turunan dari Rencana Detail Tata Ruang. Peraturan zonasi mengatur pemanfaatan lahan dalam satu kawasan dalam aturan yang sangat rigid.

Singapura terlihat begitu mudah mengatur dan menata kotanya, karena tanah di Singapura merupakan milik pemerintah. Saya mengunjungi salah satu galeri kota di Singapura yakni Urban Redevelopment Autorhity (URA), lembaga inilah yang merencanakan pembangunan kota di Singapura.

Urban Redevelopment Authority inilah yang mengawasi pembangunan di Singapura. Mereka sudah memiliki rencana pembangunan kota dalam bentuk maket, dan rencana tersebut sesuai dengan kenyataan di lapangan. Mereka tidak hanya mengatur apa yang boleh dibangun, melainkan ketinggian bangunan hingga ketentuan penyediaan taman (halaman hijau) sudah ditetapkan oleh pemerintah.

[caption id="attachment_317999" align="aligncenter" width="491" caption="Rencana Kota Singapura dalam Bentuk Maket"]

1390585295325795210
1390585295325795210
[/caption]

Setelah melakukan perjalanan seharian, rombongan kami menuju wisata patung. Saya menyebutnya hanya wisata patung karena patung inilah yang menjadi daya tarik bagi wisman untuk berfoto. Patung singa Merlion ini adalah landmark Singapura, sangat cerdas menciptakan patung menjadi landmark kota, sama seperti tugu Yogykarta. Wisatawan tak henti-hentinya berdatangan di tempat ini, ada-ada saja kebutuhan wisata manusia.

Dalam perjalanan pulang, saya membayangkan kota lain di Indonesia, ada apa dengan kota di Indonesia? pembangunan justru mengantar kota-kota kita ke masalah degradasi lingkungan. Seperti apa lompatan pembangunan di Singapura sehingga kota itu berada di tahapan sebagai kota lestari?. Dalam proses menuju tahapan lestari tersebut apakah Singapura dan kota maju lainnya di dunia mengalami fase degradasi lingkungan seperti Indonesia sebelum menjadi kota lestari seperti sekarang?

Tidak salah jika dikatakan Cities are Cancers, kota adalah kanker, apabila pembangunan kota kita tidak menuju pada tahap lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun