Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Kecak Memeriahkan Panggung FKY 26 Yogyakarta

7 September 2014   22:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357783" align="aligncenter" width="400" caption="Salah satu bagian adegan drama dalam rangkaian Tari Kecak"][/caption]

Cak, cak, cak, cak.. suara penari Bali saat membawakan tarian kecak mulai membahana dan membuat saya merinding. Bukan merinding karena takut, tapi saya merasa nuansa magis dari tarian ini begitu terasa. Para penari Kecak ini seakan begitu khusyuk melakoni gerakan dan syair tarian yang mereka ucapkan.

Gerakan penari ini begitu kompak dan energik, setiap syair yang diucapkan seakan-akan ingin memberitahukan kepada penonton bahwa mereka tidak sekadar bernyanyi. Saya tidak mengerti banyak soal tarian Kecak namun malam itu saya seperti tidak ingin pertunjukan tersebut segera berakhir.

Merasa beruntung tentu saya rasakan, mengingat kata teman bahwa untuk menonton pertunjukan tari Kecak biayanya bisa mencapai ratusan ribu. Semalam saya menonton tari Kecak gratis, sekalipun tidak menyaksikannya di Bali. Suasana Festival Kesenian Yogyakarta ke 26 yang salah satunya diisi oleh penampil dari Bali memang terbukti menghipnotis penonton.

1410078433250308838
1410078433250308838

Penonton di Taman Sari Pasar Ngasem sesekali memberi tepuk tangan yang terdengar begitu meriah. Maka ketika tepuk tangan dan sorak sorai penonton terdengar kembali, semangat penari Kecak seperti terlecut kembali. Gamelan dan alat musik yang digunakan pun turut membuat pentas semalam terlihat begitu bergairah.

Puncaknya ketika Ogoh-Ogoh mulai dibawa ke tengah panggung, kelompok penari pembawa obor yang tepat berada di samping saya akhirnya bersiap-siap. Belum hilang rasa shock menikmati kemegahaan tarian Kecak itu, saya pun kmebali dibuat terkejut ketika pemuda-pemuda tampan disamping saya menyalakan obornya.

[caption id="attachment_357786" align="aligncenter" width="400" caption="Kelompok Penari yang Membawa Obor"]

1410078834395721495
1410078834395721495
[/caption]

Penari pembawa obor pun mulai bersiap-siap di tangga, dan saat Ogoh-Ogoh dirubuhkan mereka kemudian beratraksi dengan energik bersama dengan kedua obor di tangan. Sekali lagi jantung saya berdegung kencang, it was amazing and this is a wonderful performance that i’ve ever seen.

Saya tidak bisa lagi berkata-kata saat itu, saya kagum sekaligus terharu saat menyaksikan pertunjukan paling mahal tersebut. Selama ini saya bukan orang yang sangat fanatik dengan kebudayaan, bahkan cenderung abai. Bagi saya kebudayaan hanya urusan orang budaya, masa bodoh dengan tarian dan segala macamnya.

Saat heboh klaim negeri tetangga tentang tari Pendet yang dianggap sebagai warisan Harimau Malaya, saya menanggapinya biasa-biasa saja. Tapi setelah melihat pertunjukan semalam di FKY 26 Kota Yogya, saya akhirnya paham, betapa budaya bagi masyarakat Bali adalah sebuah semangat yang selaras dengan kehidupan sehari-sehari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun