Namanya Citra (Marlistya Citraningrum), seorang kompasianer wanita yang melalui tulisannya telah memenuhi isi kepala Saya setahun belakangan ini. Kekagumanku bukan karena di usianya yang baru menginjak 26 tahun sudah menenteng gelar Ph.D dari universitas ternama di Taiwan. Semata-mata bukan karena hal itu, karena jika mau berfikiran sempit saya bisa saja mengatakan banyak perempuan lain yang juga sama seperti Citra. Yang membuatnya berbeda dengan kebanyakan orang dengan derajat pendidikan yang sama adalah “sudut pandang” (saya ceritakan di parg.berikutnya).
Sebagai sesama kompasianer, kami sering berkomunikasi melalui akun twitter. Saya selalu mengharapkan kejutan-kejutan baru dalam tulisan dan pandangannya. Kekaguman ini bukan sekadar puja-puji layaknya media sosial yang haus sosok inspirasi, ketika bertemu cela, sosok inspirasi akan ditinggalkan begitu saja.
Saya mengagumi Citra karena dirinya mau mencebur diri di dalam dunia tulis menulis diKompasiana. Bertahun-tahun saya bertemu, melihat, akrab dengan berbagai rekanan yang bergelut dengan kesibukan dunia kampus. Namun tidak ada cerita tentang kesibukan menulis di blog yang terdengar dari orang-orang ini hingga akhirnya saya menemukan tulisan Citra, doktor muda dari Indonesia.
Empat tahun silam saat kuliah S1, boleh dikata saya lebih akrab dengan benda-benda mati. Aspal, jalanan, tiang listrik, drainase adalah objek yang lebih akrab dengan diriku. Waktu itu masih kuliah di Teknik Tata Kota. Menulis? adalah hobi yang dipandang sebelah mata sebagian orang saat itu. Padahal sejak Pesantren dan SMA saya sudah sedikit menggeluti hobi tulis menulis. Waktu SMP cukup aktif dalam kepengurusan mading dan sesekali membuat cerpen dan puisi ala remaja.
Memasuki bangku kuliah, hobi ringan itu tidak bisa lagi saya salurkan karena waktu yang lebih banyak di lapangan dan di studio. Hingga akhirnya kusadari, perlahan-lahan hobi menulis benar-benar kutinggalkan. Menulis saat itu dianggap pekerjaan sastrawan.
Namun Citra memberi warna lain dalam pandangan saya tentang orang-orang yang berkecimpung di dunia kampus. Dia doktor di bidang teknik kimia, namun jangan membayangkan jika tulisannya melulu soal kimia. Tulisannya jauh dari ciri-ciri ilmu yang digelutinya. Bukan berarti tulisan Citra yang ada di Kompasiana adalah tulisan abal-abal. Justru Saya belajar banyak dari kepingan-kepingan informasi, sudut pandang dan reportase yang dia tuliskan dalam Kompasiana.
Seperti ini,
Karena sering mengikuti (Stalking) Citra melalui twitter saya jadi tahu seperti apa pandangannya pada beberapa hal. Salah satunya seperti ini :
“Sekolah di luar negeri, jangan kejar kerennya aja. Kalau berangkat dengan Toefl pas-pasan, ya tanggung jawabnya harus dimaksimalkan setelah lulus di luar negeri.”
atau,
Pemahaman Bahasa Inggris dalam membuat jurnal internasioanal itu tidak sekadar pengetahuan bahasa Inggris dasar seperti: