Membangun anjungan, membangun penginapan, membangun kawasan wisata, lalu terpisah dengan kawasan sekitarnya, itulah makna daerah wisata selama ini. Bukan begitu ? Kalau hanya mengandalkan “spot” atau bangunan saja, itu sama saja rekreasi, tinggal membangun Water Park, maka jadilah tempat rekreasi namun bukan wisata.
Wisata adalah sebuah perjalanan, dan masing-masing orang khususnya saya berharap dari perjalanan ini bisa peroleh pelajaran baru. Belajar dari masyarakatnya, belajar dari budayanya, belajar dari alamnya. Masyarakat, budaya dan alam adalah paket wisata, tolong jangan membaginya ke dalam partisi-partisi. Kamu belajar apa soal alam dan budayanya jika tak mendengar penuturan atau cerita warga setempat? dari blog?
Bagi saya dengan berwisata kita melakukan sebuah perjalanan “menemukan” lalu kembali, dengan penuh kesadaran, dan dengan pikiran lebih tenang. Lalu bagaimana menemukan paket wisata seperti itu? Bisa kita mulai dengan mengajak masyarakatnya, memberdayakan masyarakat, mengenalkan masyarakat dengan potensi wisata yang ada di daerahnya, bangun peradaban mereka seperti; bagaimana menyambut wisatawan, bagaimana memperlakukan wisatawan dan bagaimana menghargai wisatawan.
Harapan saya, kita bisa menunjukkan kehidupan masyarakat di daerah wisata terlebih dahulu, bagaimana masyrarakatnya hidup dan bekerja sehari-hari. Saya tidak ingin kehadiran saya suatu hari (misalnya di Raja Ampat) dianggap hanya berwisata, mengabaikan keadaan sebenarnya orang-orang Raja Ampat. Kita tidak menginginkan ada jarak, masalah antara penduduk asli dan orang-orang yang berwisata. Cara ini semoga membantu kita semakin mengenali Indonesia, orang-orangnya, dan alamnya, selamat berwisata.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H