Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Raya Kurban dan Semangat Solidaritas

22 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 22 Juni 2024   12:40 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Hari raya kurban yang diperingati secara besar-besaran oleh umat islam sejatinya juga ada dalam kisah kisah nabi di agama Kristen dan Yahudi.  Tiga agama itu memang berasal satu sumber yaitu Abraham. Hanya saja penafsiranlah yang membedakannya dan karena itu muncul tiga agama itu.

Kristen dan Katolik juga punya kisah itu dengan versi berbeda dan tidak diperingati secara khusus. Begitu juga Yahudi. Namun dalam Islam peristiwa itu dilakukan secara besar-besaran dan ada ritual berkorban juga ada berhaji yang merupakan rukum islam ke lima dan wajib bagi yang mampu.

Kisah yang sama soal kurban di tiga agama itu sejatinya menimbulkan solidaritas sosial antara sesama pemeluk - setidaknya tiga agama itu. Kita bisa melihat di banyak desa di Indonesia, setelah salat Iedul Adha, umat muslim punya ritual menyembelih hewan kurban, entah itu kambing atau sapi atau kerbau. Lalu mereka membagi-bagikannya ke nyaris semua pendududk di desa itu. Jika ada diantara warga desa yang beragama non muslim, mereka juga mendapat jatah daging kurban. Ini adlah salah satu contoh solidaritas dan kerukunan antar umat di Indonesia.

Solidaritas dan kerukunan itu seharusnya tidak berhenti sampai pada peringatan hari raya kurban saja, tetapi seharusnya untuk seterusnya. Kita melihat di beberapa tempat, kerukunan sudah terkikis karena intoleransi. Bahkan intoleransi kini sudah merambah ke sektor pendidikan dasar dan usia dini, tidak lagi di usia pendidikan tinggi.

Terkikisnya solidaritas dan kerukunan itu juga terjadi karena sistem pemerintahan daerah yang dibebaskan oleh pemerintah pusat untuk mengatur daerahnya sendiri, semisal murid sekolah menengah dan dasar harus memakai busana muslim meski dia seorang non muslim. Atau sekarang ada perumahan yang dibangun hanya untuk warga dengan agama tertentu saja.

Ini adalah tantangan kita semua. Harus ada semangat bersama untuk menumbuhkan solidaritas dan kerukunan bersama. Intoleransi harus bisa kita patahkan di negaraka kesatuan Republik Indonesia yang majemuk ini.

Selamat Idul Adha. Selamat bersolidaritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun