Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencintai Negara Jangan Setengah-Setengah

24 Juni 2022   06:13 Diperbarui: 24 Juni 2022   06:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sadar gak sih jika kita ini hidup di era reformasi yang serba transparan tapi kita sendiri ambigu (ragu-ragu). Kadang kita mengatakan A untuk sesuatu yang seharusnya harus B. Salah satu contohnya adalah kita mengaku sebagai warga negara yang baik, berkendara dengan tertib di jalan, tapi di sisi lain kita kerap melanggarnya misalnya dengan melawan arus lalu lintas dengan dalih jarak yang ditempuh sangat dekat. Meski jarak sangat dekat, hal itu berarti mengganggu pengguna jalan lain dan tentu saja merugikan diri sendiri.

Di bidang pendidikan dan kita sebagai pendidik misalnya. Ada aturan jelas soal apa yang harus kita ajarkan kepada peserta didik. Hanya saja kurikulum yang seharusnya kita ikuti, diselipkan ajaran yang kita dapat saat mengikuti pengajian dengan pembicara intoleran. Sehingga ajaran yangg seharusnya menanamkan benih keragaman berdasarkan Pancasila dan UUD 45 menjadi salah arah karena kita sempat selipkan intoleran itu tadi.

Jika seseorang menegur akan hal itu bisa saja kita bilang bahwa itu satu kekeliruan yang tidak akan kita ulangi laggi. Namun janji tinggal janji. Ketika di kelas kita akan menggajar seperti yangg dikatakan pembicara ketika penggajian. Ini membuat anak didik tidak paham arti keragaman dan lama kelamaan akan menjadi intoleran. Jika itu didukung oleh lingkungan dan proses sosial, maka intoleran itu akan semakin menjadi.

Maka kemungkinan para murid akan menjadi lebih intoleran dibanding guru, akan bisa terjadi. Karena itu jangan pernah mengatakan kami Pancasila namun dalam kesehariannya jauh dalam pemaknaan Pancasila tersebut. Jika ini diteruskan sang murid bisa saja menjadi seorang macam Dita yang menjadi kepala keluarga bagi keluarga pelaku bom tiga gereja di Surabaya.

Ajaran untuk menyimpang dari falsafah negara memang kerap ditemukan di banyak tempat dan di banyak pihak. Adalah penting untuk benar-benar paham, apa arti mencintai negara, agama dan sesama. Jika paham agama dengan baik, tidak akan ada keraguan untuk mencintai negara, sesama dan lingkungan tempat kita berkembang dan hidup.

Jika kita paham mencintai agama dengan benar, tidak akan ada pemahaman seperti kelompok-kelompok Khilafatul Muslimin (KM) atau Hisbut Tahrir Indoensia (HTI).Karena itu cintai dan pahami agama dengan baik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun