Demikian pula dari sekitar $110 miliar ekspor AS yang dikenakan tarif Cina, sekitar 85 persen diambil perusahaan negara lain, kurang dari 10 persen dipertahankan perusahaan AS, dan hanya sekitar 5 persen yang diambil perusahaan Cina.
Negara-negara yang paling diuntungkan oleh ketegangan AS -- Cina adalah negara-negara yang lebih kompetitif dan memiliki kapasitas ekonomi untuk menggantikan perusahaan-perusahaan AS dan Cina. Ekspor Uni Eropa paling diuntungkan dari perdagangan bilateral AS - Cina yaitu sekitar $70 miliar terdiri dari $50 miliar dari ekspor Cina ke AS dan $20 miliar dari ekspor AS ke Cina.Â
Sementara Jepang, Meksiko, dan Kanada masing-masing mendapat benefit lebih dari $20 miliar. Bahkan Indonesia juga dimasukkan ke dalam salah satu negara yang mendapat manfaat dari ketegangan AS -- Cina ini.
Namun demikian, meskipun beberapa negara ekspornya meningkat akibat ketegangan perang dagang AS-Cina ini, tidak semua hasilnya positif. Contohnya, pasar kedelai. Tarif Cina atas ekspor kedelai AS mengakibatkan efek distorsi perdagangan beberapa negara pengekspor, khususnya Brazil, yang tiba-tiba menjadi negara pemasok utama kedelai ke Cina.Â
Namun karena besar dan lamanya tarif tidak jelas, produsen Brazil enggan berinvestasi yang akhirnya mungkin tidak menguntungkan jika tarif dicabut. Selain itu, perusahaan-perusahaan Brazil yang beroperasi di sektor yang menggunakan kedelai sebagai input seperti pakan ternak, akan kehilangkan daya saing karena kenaikan harga yang dipicu permintaan Cina atas kedelai Brazil. Â
Kekhawatiran lain yaitu risiko ketegangan perdagangan berubah menjadi perang mata uang serta semakin banyak negara yang ikut serta kebijakan proteksionisme dimana kebijakan ini umumnya paling merugikan negara-negara yang lebih lemah. Alhasil, perang dagang dapat membahayakan sistem perdagangan multilateral.
Perang dagang: Tidak ada yang Menang
Menurut Game Thoery, sebuah cabang ilmu matematika, yaitu pengambilan keputusan saat dua pihak sedang berada dalam kondisi persaingan, setiap pemain punya keinginan menang dengan solusi yang optimal.Â
Dalam konteks perang dagang, menyelidiki kelemahan dan melihat reaksi  lawan bisa menjadi cara rasional dan efektif untuk mendapat kesepakatan yang lebih baik. Namun akan berbahaya jika salah perhitungan.Â
Jika setiap negara makin berekspektasi tinggi pihak lain akan mundur, hasilnya hambatan tarif semakin tinggi dan penurunan perdagangan antara dua pihak semakin besar. Itulah risiko yang dihadapi AS dan Cina.
Jadi, jika diibaratkan dua "gajah" bertarung, sekalipun memiliki bobot ekonomi yang cukup untuk menahan perang dagang, mereka tidak akan mendapat manfaat dari itu. Maka cara termudah memenangkan perang dagang adalah menghindarinya atau tidak ikut berperang.