Mohon tunggu...
Ratih Noko
Ratih Noko Mohon Tunggu... Administrasi - Less is More

Pecinta buku dan travel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rahasia Yeshiva, Sekolah Madrasah Yahudi

20 Juli 2014   03:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:51 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_316027" align="alignnone" width="641" caption="Gedung Yeshiva | http://commons.wikimedia.org"][/caption]

Penyerangan Israel ke Gaza baru-baru ini dipicu setelah terbunuhnya 3 orang remaja yang tercatat sebagai siswa seminari Yeshiva. Meskipun Netanyahu menyebut hamas pelakunya namun pihak hamas sendiri hingga saat ini tidak mengkonfirmasi kebenarannya. Terlepas dari akar masalah konflik tersebut, Yeshiva sendiri merupakan institusi pendidikan yahudi yang fokus mempelajari teks-teks keagamaan tradisional terutama Talmud dan kitab Taurat. Sampai akhir abad ke-20, Yeshiva biasanya dihadiri oleh kaum laki-laki saja namun kini sudah banyak Yeshiva orthodox modern yang membolehkan wanita menghadirinya.

Eran Katz (2010) dalam bukunya Jerome Becomes A Genius menggambarkan sekolah yahudi Yeshiva yang terletak di Israel dengan cukup menarik, terutama bagaimana metode belajar yahudi ortodox. Katz adalah seorang pemegang Guinness Book of World Record for Memory Stunt, dan salah satu eksperimennya adalah memasuki Yeshiva dan mempelajari rahasia kecerdasan orang Yahudi.

‘Memahami Taurat bukanlah hadiah, tapi diperjuangkan dengan cara dipelajari bersama’

Di sebuah aula Katz menemukan pemandangan menakjubkan, ada sekitar 2 ribu siswa yang sedang mengobrol, duduk, berdiri, berjalan, bahkan saling teriak satu sama lain hingga memekakan telinga. Ada yang mengangkat tinjunya dan memukul-mukul kaki, wajahnya memerah karena perdebatan atau kegembiraan yang meluap-luap. Ruangan tersebut hampir meledak oleh kegaduhan. Berteriak, bertengkar dan beradu argumen tapi tidak pernah saling memukul. Apa yang sedang mereka lakukan ? Ya, mereka mempelajari Talmut dan Taurat. Setiap siswa dipasangkan dengan seorang teman, pembelajaran dengan cara timbal balik. Ide dasarnya adalah saat belajar dengan seorang teman, maka akan saling memperjelas banyak hal dan bisa saling menambahkan. Mereka beradu argumen dengan keras satu sama lain sehingga masing-masing mendapatkan hasil terbaik. Teriakan dan semangat adalah diskusi yang paling baik. Metode belajar seperti ini menciptakan rangsangan yang sangat tinggi terhadap pemikiran. Semangat belajar dengan segenap energi dan jiwa lebih nikmat daripada memukul, lebih nikmat daripada narkoba. Lebih dari itu, saat mengajari orang lain maka ada tanggung jawab berbagi pengetahuan sehingga termotivasi memahami materi sebaik-baiknya.

[caption id="attachment_316038" align="aligncenter" width="512" caption="Yeshiva Students | www.vosizneias.com"]

1405776333863298731
1405776333863298731
[/caption]

[caption id="attachment_316039" align="aligncenter" width="640" caption="Yeshiva Students | www.haaretz.com"]

1405776364204473575
1405776364204473575
[/caption]

Peran seorang pendidik disini sebagai pemberi rangsangan ke siswanya untuk membangkitkan hasrat berpikir dan menyelidik, sehingga melalui proses pencarian. Saat siswa sadar mereka menemukan kesimpulan dan gagasan dari pemikiran sendiri maka akan jauh lebih membekas di benak mereka. ‘Aku belajar banyak dari rabiku, namun lebih banyak dari temanku’. Jika di sekolah biasa para siswa hanya duduk tenang mendengarkan gurunya atau di perpustakaan seringkali kita diingatkan agar tidak berisik, maka di Yeshiva para siswa meledak-ledak menggunakan segenap energi dengan melibatkan seluruh organ tubuh serta berbicara keras-keras. Dengan menyuarakan dengan keras apapun yang dipelajari sebenarnya kita sedang mengaktifkan kedua sisi otak, meningkatkan daya penerimaan, konsentrasi, dan daya ingat. Bukan hanya berbicara keras, tetapi meninggikan suara kita layaknya retorika sehingga mempengaruhi bahasa tubuh dan menimbulkan argumen-argumen yang bergemuruh. Kebanyakan orang hanya menggunakan indra penglihatan, padahal mengucapkan keras-keras apa yang kita pelajari menambah dimensi lain yakni indra pendengaran. Itulah salah satu rahasia belajar di Yeshiva, dimana unsur visual, auditori, dan kinestetik dipadukan.

Hmm... apa bisa ya metode ini diterapkan ke semua tipe pembelajar?

Berikut beberapa video youtube sekolah Yeshiva dan bagaimana para siswanya belajar



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun