Pemikiran KHD yang menyatakan guru hendaknya “menghamba” pada anak membuat saya yakin bahwa pembelajaran memang harus dipusatkan pada murid. Guru ikhlas dan tanpa pamrih memenuhi kebutuhan belajar anak. Guru menyediakan ruang anak mengeksplore bakat, minat, dan potensi yang dimiliki melalui berbagai aktivitas yang berpusat pada murid.
Melalui modul ini saya memiliki pengetahuan baru bahwa pendidikan hendaknya dilakukan sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Saya berupaya menyesuaikan pembelajaran dengan lingkungan sekitar. Nilai – nilai kearifan lokal juga konsisten diterapkan dalam pembelajaran. Murid juga didorong memiliki kemauan untuk belajar sesuai dengan tuntutan zaman tanpa meninggalkan akar budayanya.
Pendidikan budi pekerti memang tidak dapat dilepaskan pada diri murid. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh KHD bahwa keseimbagan antara cipta, rasa, dan karsa perlu dipupuk agar anak mencapai keselarasan hidup. Penanaman budi pekerti harus saya terapkan sedini mungkin agar anak dapat bersikap dan bertutur kata sopan dalam kegiatannya sehari-hari.
Pola pikir saya yang beranggapan bahwa budi pekerti sebagian besar dipengaruhi oleh latar belakang keluarga sekarang telah memudar karena menyimak pembelajaran yang diumpamakan seperti menanam benih padi.
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. kebudayaan akan luntur jika tidak diwariskan. Hal ini sejalan dengan pemikiran KHD. Minat murid terhadap kebudayaan harus dipupuk melalui kegiatan – kegiatan kebudayaan. Siapa lagi yang akan meneruskan buah pikir dan karya dari para leluhur kita jika bukan para generasi penerus bangsanya.
Trilogi pendikan yang disampaiakan KHD harus kita pegang teguh selama mendampingi murid dalam proses belajarnya. Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan) dimaknai sebagai guru harus bisa memberikan contoh teladan bagi murid muridnya.
Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun kekuatan dan terus berkarya). Kehadiran guru di tengah – tengah murid harus dapat memfasilitasi kebutuhan murid akan belajar. Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Seorang guru memberikan semangat, arahan, dan dorongan agar murid dapat belajar dengan tuntas.
Tentunya aksi nyata dibutuhkan untuk mencerminkann pemikiran KHD dalam proses pembelajaran. Penerapan pendidikan yang menyenangkan dapat dilakuakn melalui kegiatan ice breaking, game turnament, dan aktivitas lain yang membangkitkan gairah murid untuk belajar. Pengoptimalan berbagai media pembelajaran baik audio, visual maupun audiovisual juga harus dilakukan.
Penerapan berbagai model dan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik harus dilakukan. Pembelajaran berbasis proyek, pemecahan masalah, percobaan, atau diskusi kelompok dapat diterapkan untuk memberikan keleluasaan kepada murid mengkontruksi konsep materi pembelajaran.
Pemanfaatan berbagai sumber pembelajaran yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar maupun kemajuan IPTEK harus dikembangkan. Pembuatan modul ajar yang mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman anak harus dibuat sebagai pendampingan murid belajar.
Penanaman budi pekerti dan minat terhadap budaya lokal dapat dilakukan melalui kegiatan – kegiatan pembiasaan dan kebudayaan sekolah. Murid dituntun untuk terlibat aktif selama kegiatan. Jika diperlukan reward and punishment dapat diterapkan untuk memotivasi anak memiliki budi pekerti yang baik dan minat terhadap kebudayaan sendiri. Jati diri mereka pada akhirnya tidak akan tergerus oleh pengaruh negatif gobalisasi.