Di youtube Bumi Borobudur disebutkan bahwa salah satu alat musik itu mirip dengan harpa yang ada di Uganda. Tahap kritik eksternal tentu akan butuh waktu lama tetapi sudah menjadi agenda selanjutnya dari tim Sound of Borobudur seperti yang diungkapkan Mbak Iie saat berbincang dengan Gubernur Jateng Pak Ganjar Pranowo.
Apapun hasil interpretasi para sejarawan nantinya, kedua teori itu bahkan mengukuhkan slogan pariwisata kita, Wonderful Indonesia, menjadi makin mengagumkan. Tak hanya alamnya, sejarah dari peninggalan nenek moyang kita sendiri bahkan melampaui imajinasi. Sejak abad ke-9 nenek moyang kita tak habis-habis membuat kejutan.Â
Prestasi menciptakan bangunan monumental bernafaskan harmoni relijius terbesar masa klasik Hindhu Budha, yang hingga kini 100 tahun lebih masih kita butuhkan sebagai sumber belajar dan inspirasi. Sejarah pemerintahan, politik, kearifan local, harmoni keberagaman, pusat ilmu kebudayaan dan teknologi, kini bahkan Borobudur sebagai pusat musik dunia.
Sebuah gerakan indah yang diinisiasi oleh para pemerhati budaya. Tak sabar rasanya berkunjung kembali ke Borobudur, mengamati reliefnya, menghirup udara segar sembari mendengarkan Sound of Borobudur mengalun. Relief Borobudur telah banyak kali diinterpretasikan sebagai kisah oleh sejarawan. Kini sebagai penyempurna, alunan interpretasi relief berupa musik menjadi sebuah warisan budaya luar biasa.Â
Dari Borobudur untuk Wonderful Indonesia. Di tahun 2016 mbak Tri Utami berfokus tentang reliasasi alat, dari relief ke masa kini, membunyikannya. Makin bertumbuh di tahun 2021 beberapa lagu telah tercipta, mengalun harmonis mengukuhkan kita ke sebuah identitas baru: Borobudur pusat musik dunia. Wonderful Indonesia.
***
Ditulis oleh seorang guru sejarah SMA Negeri 50 Jakarta, fans berat Borobudur dan musik, di Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H