Mohon tunggu...
Ratih dewi
Ratih dewi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Analis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

“Jobs fill your pocket, but adventures fill your soul.” – Jamie Lyn Beatty

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sampah Laut Terapung (Floating Marine Debris)

19 Oktober 2024   04:23 Diperbarui: 19 Oktober 2024   04:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arus di permukaan yang disebabkan oleh angin pada umumnya bersifat musiman, di Indonesia terdapat 2 musim yaitu Musim Barat dan Musim Timur. 

Saat Musim Barat angin bergerak dari Benua Asia menuju Benua Australia melintasi wilayah Indonesia. Saat Musim Timur angin bergerak dengan kecepatan tinggi dan arah yang mantap dari Benua Australia menuju Benua Asia. 

Upwelling adalah naiknya air dingin dari lapisan dalam ke permukaan laut. Angin yang bergerak dipermukaan laut ini mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atasnya. 

Angin mendorong lapisan air permukaan sesuai arah angin. Namun karena ada pengaruh rotasi bumi / gaya Coriolis, arus tidak bergerak searah dengan arah angin tetapi dibelokan yang disebut dengan transport ekman/spiral ekman. 

Fenomena GPGP (Great Pasific Garbage Patch

GPGP merupakan akumulasi sampah laut terbesar di dunia. Plastik-plastik ini kemudian terbawa oleh arus laut dan terjebak di dalam gyre---sistem arus laut melingkar yang menyebabkan sampah mengapung di tengah lautan tanpa bisa keluar. 

Gyre di Pasifik Utara  adalah yang terbesar di dunia dan berfungsi sebagai perangkap bagi berbagai macam jenis plastik dan sampah lainnya. Keberadaan patch ini mengancam ekosistem laut, kesehatan manusia, serta berdampak negatif pada ekonomi, terutama sektor perikanan dan pariwisata. 

Semoga setelah membaca artikel ini, kita lebih bijak dalam pengelolaan sampah dan ikut menjaga kelestarian laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun