Mohon tunggu...
Ratih Poetry
Ratih Poetry Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur

“A poet is, before anything else, a person who is passionately in love with language.” – W. H. Auden.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sunyi di Punggung Pagi

4 November 2024   10:15 Diperbarui: 4 November 2024   10:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada sebuah kota, dimana jatuh merindu serupa dengan pagi berkabut
yang datang diam-diam ketika masih terpejam.

Aku melangkah hening
Menjaga agar embun tetap aman berayun di atas daun talas
Hingga beningnya bersinar bak permata
Saat ditimpa hangat cahaya matahari

Singgahku laksana sunyi-sunyi di punggung pagi yang minta dikasihani
juga mengiba dengan sesuap sapa di wajah malam.

Kenangan berloncatan diantara tarian kupu - kupu dan kumbang
Melukis syahdu pagi hingga senyumku
Merona lagi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun