Mohon tunggu...
Ratih Poetry
Ratih Poetry Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur

“A poet is, before anything else, a person who is passionately in love with language.” – W. H. Auden.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan dalam Degup

14 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 14 Oktober 2024   18:08 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat sore semesta
Jaga lelapku hingga embun subuh menuai kabut

Awan putih berarak riang
Melagukan sang surya ke peraduannya
Rona jingganya warnai langit
Pancarkan cahaya emas di jernih cermin jiwamu
Rasaku tak mampu ingkari getar nada cinta
yang gemuruhnya kian merdu terdengar

Pada kesekian diriku yang masih saja diperdaya hasrat dan ilusi
aku berdiri gugup.
mencari-cari denyut demi denyut bunyi Tuhan dalam degup.
Alunan nadaku kian lirih memanggil
Pulanglah jika rindu mengetuk ingatanmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun