Ketika prosa hidup sendiri
Serupa pena berbulu di atas kertas bernoktah merah
Saat itu pula lah kisah perempuan mengalir dari mulut zaman
yang senantiasa menjaga keutuhan hatinya menimang ketulusan kasihnya
hingga semesta tiada jemu mendekap jiwanya
Embun merekah membuka hari
Ronanya merah menguarkan aroma pagi
Selamat datang kesendirian
Sepimu hangat mengecup kelopak mawar putih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!