Menurut para ahli bahwa Gen Z memiliki harapan, perspektif kerja yang berbeda, karakter yang beragam, global dan memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat yang berada di sekitar mereka. Contoh, dalam pemanfaatan teknologi yang begitu masif dilakukan oleh Gen Z, ini menjadi ciri khas dari kehidupan mereka.
Fear Of Missing Out (FOMO) menjadi istilah yang tidak asing lagi di kalangan milenial maupun Gen Z. Narasi itu diartikan sebagai perasaan takut ketinggalan trend, kurang update atau potensi untuk terkoneksi dengan orang lain yang muncul dalam diri seseorang.
Hadirnya FOMO ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Karena karakter Gen Z memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai hal, khususnya hal-hal baru. Mereka menggali berbagai hal dari sumber-sumber informasi yang tersebar dan mudah diakses saat ini. Maka, pendidikan harus mampu memfasilitasi berbagai kompetensi yang dibutukan peserta didiknya, bukan hanya dalam konteks pembelajaran saja, tetapi yang lebih penting adalah bekal keterampilan hidup (Life skill) mereka.
Makna Life Skill itu sendiri adalah kecakapan atau keterampilan hidup yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi berbagai masalah kehidupan secara wajar, kemudian secara kreatif, kolaboratif dan komunikatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Mengapa harus memprioritaskan keterampilan hidup (Life skill)? Iya, karena mereka akan hidup bukan pada zaman kita hidup. Kekinian, keterampilan di Abad 21 dikenal dengan 4C, yaitu Critical Thinking (berpikir kritis), Creativity (berkreativitas), Collaboration (berkolaborasi) dan Communication (berkomunikasi).
Di samping bekal life skill, Generasi Z juga harus dibekali dengan soft skill. Keterampilan ini menunjukkan bagaimana seseorang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain di dalam kesehariannya. Life skill dan soft skill sangat membantu mereka dalam beradaptasi dan bertahan menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari yang penuh kompetisi.
Di sisi lain, hari-hari ini perhatian para orang tua sedang fokus pada nilai-nilai rapor anak-anaknya setelah mengikuti penilaian akhir semester atau sumatif akhir semester di sekolah, yang cenderung mengukur capaian akademiknya, di samping sikap dan keterampilannya. Mereka sangat khawatir ketika capaian akademiknya jeblok. Â Â
Dalam pandangan Islam, bukan itu yang harus dikhawatirkan oleh para orang tua terdidik (well-educated parents) hari ini. Bekal dan nutrisi hidup untuk anak-anak Generasi Z adalah seperti pesan Rasulullah SAW., "Tidak ada pemberian orang tua yang paling berharga kepada anaknya daripada pendidikan adab (akhlak mulia)" (HR. Bukhari)
Mengapa demikian? Karena, pertama, anak-anak itu amanah, hanya boleh dididik sesuai keinginan yang menitipkan-Nya, bukan sesuai hawa nafsu kita. Kedua, bukan tentang apa yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu, melainkan apa yang kamu tinggalkan dalam diri anak-anakmu.
Tidak lupa dalam bahasan  They Will In Their Time ini pun beliau menyimpulkannya. Kesimpulannya adalah membekali hidup Generasi Z dengan life skill dan soft skill bertujuan agar mereka mudah menjalani kehidupannya yang kompetitif pada zamannya.
Dalam menjalani kehidupan pada zamannya, mereka akan menjadi lebih mudah dan mulia, ketika mereka lebih dahulu dibekali adab sebelum dibelajarkan ilmu-ilmu. Â Â Â