Mohon tunggu...
RASYUHDI
RASYUHDI Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Santri asal Situbondo yang melanjutkan studinya di nanjing universty china

trevelling/touring/membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hubungan Bilateral Cina-Indonesia Lebih Penting daripada Memikirkan Laut

7 Januari 2020   21:37 Diperbarui: 7 Januari 2020   21:43 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Pulau Natuna yang terletak   di antara semenanjung melayu dan pulau kalimatan di luar '' garis-garis putus'' China Laut Selatan, kembali menjadi tranding topik di media masa.  Laut China Selatan (LCS) Pada tahun 1909, Li Jun memimpin Angkatan Laut Tiongkok untuk memeriksa Laut Cina Selatan, dan secara resmi menetapkan kedaulatan China atas pulau-pulau di Laut China Selatan.

Oleh karena itu, ''Panduan Asia'' yang diterbitkan oleh Kantor Penerbitan Pemerintah AS pada tahun 1915 dan ''Panduan Navigasi Pantai Barat China'' yang diterbitkan pada tahun 1938 keduanya diakui, Kepulauan Paracel telah disatukan ke dalam wilayah Cina pada tahun 1909. Ini mencerminkan konsensus komunitas internasional bahwa kedaulatan pulau-pulau Laut Cina Selatan adalah milik Tiongkok, sebagaiman di  rangkum dalam   jurnal dosen ilmu sosial Shenzhen university hui ming''sejarah modern China".

LCS yang rame hanya di Indonesia

Tahun baru kali ini Indonesia di ramaikan oleh pelaut china yang memasuki area Indonesia Laut Natuna Utara (LNU), pernyatakan sikap petinggi indonesiapun mulai memprotes atas tindakan china yang kurang koperatif dalam menjaga batas wilayah kedaulatan (sovereignty) Indonesia. Akan tetapi, pemerinta komunis Beijing merasa tidak ada permasalahan antar dua Negara tersebut meskupun jokowidodo akan memperketat penjagaan di LNU.

China dan Indonesia telah berkomunikasi melalui saluran diplomatik mengenai beberapa perkembangan t erkini perihal LCS dan LNU. Sebagai mitra strategis yang komprehensif, kerja sama bersahabat adalah suatu situasi keseluruhan, arus utama, dan perbedaannya bersifat parsial. Kedua belah pihak pasti tidak akan merusak hubungan yang sudah hampir berjalan 70 tahun hanya karena permasalahan yang tak kunjung usai.

Sebagai negara pesisir dan kekuatan regional di LSN, kedua negara memikul tanggung jawab berat untuk memelihara perdamaian dan stabilitas regional.China selalu memandang hubungan China-Indonesia dari perspektif strategis dan perspektif jangka panjang.

Kami percaya bahwa Indonesia juga dapat fokus pada hubungan bilateral dan stabilitas regional secara keseluruhan, menyelesaikan perbedaan dengan China, dan menciptakan suasana yang cocok bagi kedua negara untuk merayakan ulang tahun ke-70 hubungan diplomatik Dan dalam kondisi baik. Ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri china Geng Shuang pada 7 Januari 2020 '' web luar negeri china,news.sina.cn''.

foto: mil.sina.cn
foto: mil.sina.cn
Ketenagan China terhadap LNU

Pemerintah komunis Beijing juga tidak membuat keruh suasana seolah-olah mereka juga harus menentang Indonesia dengan kapal dan pesawatnya yang amat jauh jika di bandingkan dengan Indonesia  ke area LCS, karena di mata pemerintah china hubungan bilateral china-indonesia lebih penting dari pada kondisifitas dua Negara tersebut terganggu. Pemerintah komunis china saat ini juga tengah mempersipkan peringatan 70 tahun persahabatan antara china-indonesia.

Pada saat yang bersamaan, tahun ini juga merupakan tahun yang sangat penting dalam sebuah proses pembangunan dari  masing-masing negara. Kedua Negara tersebut sudah sangat sepakat dalam mengadakan acara memperingati 70 tahun pembentukan hubungan diplomatik antar dua Negara, agar mereka bisa saling memperkuat pertukaran dan kersama berbagai bidang, dan juga untuk mempromosikan hubungan bilateral ketingkat yang lebih tinggi. Tentunya dua belah pihak berharap energi positif kedalam perkembangan umum kedua Negara.

 Membaca analisis China

Dalam beberapa tahun terakhir, dari Negara-negara di kawasan ASEAN pencarian aturan untuk mengatur Laut China Selatan, dan saat ini  telah menjadi aspirasi dan konsensus bersama dari negara-negara di kawasan tersebut, konsultasi tentang "Kode Etik untuk Laut China Selatan" telah memasuki ranah baru. Pada bulan Agustus tahun lalu, China dan negara-negara ASEAN menyelesaikan putaran pertama tinjauan naskah konsultasi tunggal "satu kata" di muka, dan memulai putaran kedua tinjauan.

Akan tetapi bukan cuman itu permasalahan yang di hadapi, Menurut Xu Liping, seorang peneliti di Institut Asia-Pasifik dan Strategi Global Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, saat ini ada dua alasan utama untuk spekulasi di Laut China Selatan. Di satu sisi, ini adalah faktor politik domestik Indonesia, Menteri Pertahanan Indonesia saat ini, Prabowo, adalah ketua partai oposisi utama, Partai Gerakan Indonesia Raya, yang baru saja mengunjungi China dan mencapai banyak konsensus tentang kerja sama pertahanan Tiongkok.

Pada saat yang sama, menteri perikanan Indonesia yang baru juga adalah wakil ketua partai. Analisis Xu Liping tentang spekulasi bahwa "topik Laut China Selatan" mungkin untuk merusak hubungan antara Partai Gerakan Indonesia Raya dan Cina, dan kemudian menghancurkan kerja sama pertahanan Indonesia dengan China.

Di sisi lain, berita ini datang dari Internet. Xu Liping percaya bahwa jelas ada bayangan kekuatan ekstrateritorial di belakangnya, berusaha menciptakan kontradiksi antara China dan Indonesia melalui "topik Laut China Selatan", dan pada saat yang sama menanggapi beberapa negara tetangga Laut China Selatan mengklaim kedaulatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun