Mohon tunggu...
Rasyikah Raffi
Rasyikah Raffi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah Mahasiswi Prodi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

hobi membaca cerita fiksi, mencoba hal baru dan berolahraga. salah satu olahraga favorit saya adalah basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Ekowisata

6 Desember 2022   14:03 Diperbarui: 6 Desember 2022   14:14 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. selain itu konservasi merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata. 

2. Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu kepada kemampuan masyrakat lokal untuk menyerap aktivitas pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial. 

3. Secara kultural dapat diterima, artinya masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang cukup berbeda (tourist culture). 

4. Secara ekonomis tentu dapat menguntungkan, artinya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat. 

Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, masyarakat setempat harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan yang mana pada hakekatnya membangun dirinya sendiri. aktif disini maksudnya adalah masyarakat ikut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan yang paling penting adalah "menikmati" hasilnya pertama kali (Achmad Charris Zubair, 1999). pemberdayaan masyarakat merupakan aspek penting dalam pengembangan ekowisata. Artinya, sebelum ekowisata dikembangkan harus adanya upaya sadar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal agar dapat berpartisipasi aktif dalam program. 

Perang Pandan salah satu tradisi yang ada di desa wisata tengganan, sumber : instagram @eg_imaging
Perang Pandan salah satu tradisi yang ada di desa wisata tengganan, sumber : instagram @eg_imaging

perkembangan pariwisata telah menggeser pola mata pencaharian masyarakat dari sektor agraris menuju sektor jasa khususnya jasa kepariwisataan, namun sekitar tahun 90-an muncul pemikiran di kalangan pemuka masyarakat maupun masyarakat atau kelompok yang memiliki wawasan luas untuk lebih memperhatikan keseimbangan dan keberlanjutan eksistensi  desa mereka. 

Pemikiran ini muncul dari anggota masyarakat yang telah memiliki wawasan yang luas dari anggota masyarakat yang lainnya. kalangan ini berpendapat bahwa perkembangan pariwisata telah menjadikan Desa Tenganan sebagai obyek perolahan PAD pemerintah daerah. munculnya kegiatan wisata dengan beberapa tahap yaitu proses pendahuluan yang saling berkaitan satu sama lain. tahap pertama munculnya ide dari pemuda-pemuda desa tenganan untuk mengembangkan wisata trecking. trecking sendiri adalah bentuk perjalanan wisata yang dilakukan dengan berjalan kaki menyusuri suatu kawasan yang memiliki daya tarik tertentu. 

Terdapat beberapa alasan di pilihnya pengembangan wisata trecking yaitu, pertama, kurangnya alasan keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata tenganan selama ini, salah satu masyarakat mengatakan " masyarakat di tenganan hanya menjadi penonton atau tontonan para wisatawan yang berkunjung ke tenganan, masyarakat setempat hanya memperoleh keuntungan yang sangat kecil dan tidak diberikan nya wewenang. 

Pariwisata tengganan dikembangkan oleh pemerintah, masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dalam perencanaan, pengelolaah bahkan pembangunan pariwisata. seharusnya pariwisata di tenganan dikembangkan sebagai pariwisata yang berbasis masyarakat, jadi harusnya masyarakat ikut serta dalam pembangunan,perencanaan, dan pengembangan. ternyata pungutan parkir itu dipungut oleh pemda bukan masyarakat tengganan, masyarakat lokal sendiri hanya berpendapatan dari hasil souvenir atau kerajinan dan juga karcis masuk. kedua, adalah alasan ekologis. 

Desa tenganan sebagian besar kondisi lahannya adalah berupa hutan yang di lindungi adat. keberadaan hutan lindung tersebut oleh beberapa masyarakat dapat terancam apabila wisatawan yang datang ke Desa tenganan tidak dibatasi. tahap berikutnya, para pemuda desa tenganan menghubungi beberapa tokoh desa adat tenganan untuk meminta saran dan pandangan. setelah melalui beberapa proses negosiasi, akhirnya Wisnu bersedia menjalin kerja-sama dengan kelompok masyarakat agar pada masa mendatang mampu membuat perencanaan ekowisata sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun