Mohon tunggu...
Rasyid Taufik
Rasyid Taufik Mohon Tunggu... Konsultan - SINTARA Leadership

Konsultan Manajemen SDM

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Doa Ibu WH yang Diijabah Allah

10 Mei 2024   08:53 Diperbarui: 10 Mei 2024   08:58 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau ingat cerita Pak WH tentang dahsyatnya doa seorang ibu, saya jadi ingat kisah Syekh Sudais yang didoakan oleh ibunya menjadi imam Masjidil Haram. Dikisahkan Sudais kecil adalah seorang anak yang nakal. Tentu nakal khas anak-anak. Kenakalan Sudais kecil sering membuat ibunya emosi. Meskipun emosi, sang ibu tidak pernah mengucapkan kata-kata negative apalagi sumpah serapah. Ibunya justru melantunkan doa untuk kebaikan Sudais kecil, anak yang sangat dicintainya.

Pada suatu hari, ada tamu penting yang berkunjung ke rumah mereka. Untuk menghormati tamu, sang ibu menyiapkan hidangan kambing. Saat makanan sudah dihidangkan dan siap disantap, Sudais kecil berulah. Ia menaburi hidangan kambing itu dengan pasir. Melihat kejadian itu ibunya auto emosi. Tapi seperti biasanya ia tidak mengucapkan kata-kata kasar melainkan hanya kata-kata kebaikan yang keluar dari lisannya. "Pergilah, semoga Allah menjadikan kamu imam Masjidil Haram," kata ibunya.

Doa sang ibu diijabah Allah Swt. Syekh Sudais ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram pada tahun 1982 di usianya yang masih sangat muda, 22 tahun.

Dalam kehidupan ini, seringkali peristiwa yang terjadi di masa lalu terjadi lagi di masa berikutnya sehingga membentuk sebuah pola dengan pemeran dan konteks yang berbeda. Dikisahkan saat Wahidin kecil adalah anak yang nakal. Tentu nakal khas anak-anak. Pada suatu hari saat makan siang bersama keluarganya. Ada pesawat yang lewat diatas rumah mereka. Kakak Wahidin, Hassan langsung meninggalkan meja makan dan keluar rumah sambil teriak,

"Kapal lewat. Kapal Lewat!"

Saat sang kakak pergi meninggalkan meja makannya, Wahidin kecil mengambil sepotong makanan jatah kakaknya (Pak WH seringkali bercerita betapa susahnya hidup di zaman orde lama sehingga makanan hanya ala kadarnya saja). Sekembalinya Hassan ke meja makan dan tahu makanannya berkurang, sambil marah ia tanya siapa yang mengambilnya.

Mengetahui hal itu, Siti Rohana sang ibu tidak memarahi Wahidin kecil. Ia malah mengucapkan doa untuk kedua anaknya.

"Hassan, semoga kamu jadi anak yang pintar dan bisa keliling dunia dengan pesawat"

"Wahidin, semoga kamu jadi pemimpin dan selalu berlimpah makanan di rumah kamu"

Doa sang ibu diijabah Allah Swt. Hassan mengenyam Pendidikan di kampus-kampus bergengsi di dunia. Setelah menamatkan S1 di Universitas Indonesia (UI), Hassan melanjutkan Pendidikan pascasarjana di Universitas Tufts dan Universitas Harvard. Sedangkan program doktoralnya di Universitas Virginia.

Hassan Wirajuda memulai karier sebagai diplomat di Departemen Luar Negeri. Pernah menjadi Direktur Organisasi Internasional, Duta Besar/Wakil tetap untuk PBB, Direktur Jenderal Politik Deplu RI sebelum menjadi Menteri Luar Negeri sejak tahun 2001 hingga 2009. Salah satu perubahan besar yang dilakukan oleh Hassan Wirajuda selama menjadi menlu adalah membentuk Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia untuk melindungi WNI di luar negeri. Karena kiprahnya itu setiap tahunnya Kemenlu menggelar penganugerahan Hassan Wirajuda Award, sebuah program untuk memberikan apresiasi kepada pihak yang telah berjasa dalam upaya pelindungan WNI.

Demikian juga dengan Wahidin Halim (WH). Sekuens kariernya boleh dibilang menapak dari anak tangga paling bawah. Di usia 24 tahun, WH terpilih menjadi lurah Desa Pinang. Undang-undang No. 5 tahun 1979 mengantar WH menjadi pegawai negeri. Pernah menjadi Sekretaris Daerah Kotif Tangerang, Kabag Pembangunan, Camat, Kepala Dinas, Asisten Pemda Tangerang, Sekda Kota Tangerang, Walikota Tangerang dua periode (2003-2008, dan (2009-2013), Wakil Ketua Komisi II DPR RI dan Gubernur Banten (2017-2022).

Meja tamu di rumah WH tidak pernah sepi dari makanan. Bahkan ia selalu menyiapkan makan besar yang seringkali ia sendiri yang membeli bahannya di pasar segar, menyiangi dan memasaknya untuk disediakan kepada tamu-tamunya, khususnya di hari Jumat. Saya pernah tanya kenapa ia lakukan itu? "Dengan membeli sendiri, menyiangi sendiri dan memasaknya sendiri saya ingin menyempurnakan amal." Tutur WH

"Dengan membeli sendiri, menyiangi sendiri dan memasaknya sendiri saya ingin menyempurnakan amal."

 H. Wahidin Halim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun