Mohon tunggu...
Rasyid Taufik
Rasyid Taufik Mohon Tunggu... Konsultan - SINTARA Leadership

Konsultan Manajemen SDM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijrah: Pengorbanan, Tawakal, dan Hakikat Hidup

28 Maret 2024   08:18 Diperbarui: 28 Maret 2024   08:20 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Rasulullah menerima perintah untuk berhijrah, beliau menyampaikan hal itu kepada sahabat Abu Bakar Asshiddiq. Mendengar kabar itu Abu Bakar sontak menangis, bukan karena sedih, tetapi bahagia atas adanya perintah berhijrah.

Pengorbanan

Rasa Bahagia itu beliau ekspresikan dengan membeli dua ekor unta untuk kendaraan hijrah. Pertanyaannya, untuk apa dua ekor? Satu untuk Rasul dan satunya lagi untuk belai sendiri. Namun, diluar dugaan hadiah berupa unta yang diberikan sahabat dan juga mertua Nabi itu ditolak. Mengapa? Padahal Nabi sering menerima pemberian atau hadiah dari pada sahabat. Ternyata penolakan itu bukan disebabkan Nabi tidak berkenan, tetapi karena beliau ingin membelinya. Begitulah menyikapi perintah Allah, harus ada bentuk pengorbanan (perintah apa pun). Rasul juga ingin berkorban seperti sang sahabat. Dengan alasan itu juga Abu Bakar menerima pembelian unta oleh Nabi meski pada awalnya Abu Bakar ingin menghadiahkannya.

Peristiwa ini mestilah menjadi inspirasi bagi kita bahwa dalam mencapai sesuatu (apapun) yang menjadi perintah Allah harus ada pengorbanan. Dalam konteks menuntut ilmu misalnya, keberhasilan ditentukan oleh seberapa besar pengorbanannya.

Hakikat Hidup

Wa laa taquuluu limayyuqtalu fii sabiilillaahi amwaat, bal ahyaaa'uwwalaakillaa tasy'uruun.

"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS Al-Baqarah: 154)

Ayat diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa hidup bukan bersatunya antara ruh dan jasad, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Hakikat hidup adalah kebermanfaatan. Apa yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib yang berani menempati tempat tidur Rasulullah misalnya. Sikap yang belum tentu berani dilakukan semua orang. Ali bin Abi Thalib melakukan itu karena beliau memahami bahwa hidup bukan sekedar hidup, tetapi hidup yang bermakna dan bermanfaat. Walaupun taruhannya adalah kematian, itu lebih baik dibanding hidup tanpa kemuliaan.

Seandainya pada saat itu Ali bin Abi Thalib terbunuh, sebenarnya beliau tidak mati. Beliau hidup cuma banyak orang tidak merasakan.

"Lebih baik mati tetapi hidup, daripada hidup namun mati." Pepatah Arab mengatakan: "Siapa yang tidak memenuhi kewajibannya terhadap negara dan agamanya karena takut letih atau mati, maka ia tidak berhak untuk hidup karena kematian pasti akan datang, dan jiwa yang mulia tidak pernah akan mati."

Tawakal

Hijrah adalah perintah Allah, bukan keinginan Nabi. Karena, sebagai hamba yang taat pada kholik-Nya tanpa pikir panjang ditunaikan perintah itu. Sedikitpun tidak ada kekhawatiran atas diri Nabi padahal sedang menjadi target yang harus dibunuh.

Mengetahui akan hijrahnya Nabi, kafir Quraisy mengepung kediaman Nabi. Akan tetapi kepungan mereka sia-sia karena siasat Allah jauh lebih baik. Hal itu terbukti dengan melenggangnya Rasul bersama Abu Bakar dari kota Mekkah tanpa diketahui oleh pasukan kafir Quraisy. Mereka terlambat menyadari bahwa yang menempati tempat tidur Nabi adalah Ali bin Abi Thalib. Yaa ... Tertipu nih yee!

Namun kafir Quraisy tidak putus asa. Mereka mengejar Nabi dan Abu Bakar.

Dalam perjalanan Rasul (hijrah) sebagai manusia beliau juga memiliki sifat-sifat kemanusiaan seperti lelah, takut dan khawatir. Terlebih lagi atas sahabat Abu Bakar. Beliau pun menangis.

Rasul pun menghibur Abu Bakar. "La takhaf wa la tahzan. Innallaha ma'ana." Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Allah ada bersama kita. Akan tetapi, sebenarnya Abu Bakar bukan mengkhawatirkan dirinya melainkan keselamatan Nabinya. Subhanallah, hakikat muslim yang sebenarnya adalah ketika kekhawatiran akan keselamatan saudara muslimnya lebih diutamakan ketimbang keselamatan dirinya sendiri.

Begitulah, persinggahan sekaligus persembunyian Nabi di gua Tsur menjadi perhatian kafir Quraisy. Tetapi fenomena alam menunjukkan adanya sarang laba-laba di mulut gua. Ini mengesankan bahwa tidak mungkin Nabi masuk gua itu dan berada di dalamnya. Selamatlah Rasul dari kejaran mereka. Tuuh kan mereka tertipu lagi!

Wa makaru wa makarallah, wallahu Khairul makirin. Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya.

"Siapa yang tidak memenuhi kewajibannya terhadap negara dan agamanya karena takut letih atau mati, maka ia tidak berhak untuk hidup karena kematian pasti akan datang, dan jiwa yang mulia tidak pernah akan mati." 

Pepatah Arab

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun