Mohon tunggu...
Rasyid Taufik
Rasyid Taufik Mohon Tunggu... Konsultan - SINTARA Leadership

Konsultan Manajemen SDM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi itu Egaliter (2)

1 November 2022   11:22 Diperbarui: 1 November 2022   11:24 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagi itu karena ada rasa syukur di dalamnya. Bersyukur bahwa yang diperoleh itu adalah karunia dari Allah. Bersyukur bukan cuma mengucapkan alhamdulillah tapi indikasinya adalah dengan berbagi.

Ketika kita berbagi kepada seseorang, sesungguhnya kita yang harus berterima kasih kepada orang tersebut. Artinya, dengan dia mau dibagi atau dibantu maka itu menjadi kesempan kita menjadi mulia dihadapan Allah.

Memiliki harta bukanlah tujuan akhir tapi menjadi alat untuk berkhidmat kepada Allah dan sesama. Harta adalah amanah yang ukuran kesuksesan memilikinya adalah dengan berbagi untuk menyenangkan orang lain. Karena rejeki bukan yang kita pegang tapi apa yang kita bagikan.

Takut dan khawatir biasa hinggap dihati orang yang mau berbagi. Takut harta berkurang. Khawatir salah sasaran. Semua perasaan itu akan berbuah kegembiraan dan kesenangan jika tetap berbagi dengan ikhlas. Seperti permainan roller coaster, ketika perasaan takut dan khawatir berpadu dan berakhir dengan kesenangan.

Ketakutan yang menyenangkan seperti yang dimaksud diatas akan menciptakan gairah hidup. Orang akan merasa senang setelah berbagi. Tubuhnya akan memproduksi hormon endorfin, sehingga menimbulkan rasa senang dan menguatnya sistem kekebalan tubuh orang yang gemar berbagi tersebut.

Perasaan senang akan dialami jika berbagi tidak berharap kembali. Ketika berharap sesuatu dan itu tidak didapat maka muncul kekecewaan. Emosi kecewa dan marah dengan keadaan yang tidak sesuai harapan akan  mengendap di hati dan menimbulkan sakit fisik seperti liver.

"Masjid dan Pondok Tahfidz Birrul Waalidain yang saya dirikan adalah sebuah bentuk ungkapan syukur sekaligus pesan agar kita selalu berusaha untuk menyenangkan hati orang lain khususnya kedua orang tua dengan berbagi. Bayangkan kebahagiaan orang tua yang menerima pemberian kita. Raut wajah bahagia, kadang diiringi tetesan air mata. Dengarkan kata-kata yang terucap dari lisannya. Doa-doa-kebaikan untuk kita anaknya."

WH

Masjid dan Pondok Tahfidz Birrul Waalidain bukan sekedar bangunan yang kokoh dan indah atau lembaga yang memberikan manfaat kepada masyarakat tapi menjadi sebuah kisah bagaimana Pak WH menyenangkan hati banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun