Mohon tunggu...
Rasyid Taufik
Rasyid Taufik Mohon Tunggu... Konsultan - SINTARA Leadership

Konsultan Manajemen SDM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejatinya Kita adalah Pelayan

10 Oktober 2022   08:35 Diperbarui: 10 Oktober 2022   08:41 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengembangkan karakter manusia bisa lakukan dengan berbagai macam kegiatan. Salah satunya dengan memasak. Ini yang dilakukan oleh Pak H. Wahidin Halim kepada petugas keamanan dan kebersihan di rumahnya. Selain menjalankan tugas masing-masing, mereka juga menyiapkan makanan untuk rekan sejawatnya dan juga untuk pada ustadz pengelola pondok tahfidz.

Pemandangan para petugas itu sedang membuat bumbu, menyiapkan sayuran dan lauk pendamping lalu memasak dan menghidangkannya adalah suatu hal biasa kita temui jika sedang bertamu di kediaman WH. Jika semua sudah selesai makan, mereka dengan gesit langsung mencuci piring dan sendok kotor tersebut. Nilai tanggung jawab dan melayani sudah muncul jadi perilaku

"Kamu masak dengan niat untuk teman, lalu teman kamu bisa menjalankan aktivitas dengan baik. Itu akan jadi pahala buat kamu. Demikian juga dengan para ustadz. Setelah makan masakan kamu, lalu mereka bisa beribadah dengan nyaman dan membimbing para santri untuk menghapal Alquran. Pahala kebaikan itu akan mengalir buat kamu juga." Kata WH kepada para petugas.

WH memang hobi masak. Di media sosialnya ada beberapa postingan ia sedang belanja di pasar segar, mensiangi sayuran di meja catur, memasak di dapur. Terlihat ia sangat menikmati kegiatan yang jarang dilakukan oleh kaum bapak-bapak itu, apalagi seorang pemimpin daerah.

Saat menjabat sebagai Gubernur Banten, WH seringkali memasak untuk para stafnya termasuk para kepala dinas di lingkungan Pemprov Banten jika rapat di rumah dinas gubernur  di Jl Jenderal Ahmad Yani No. 158 Kota Serang.

"Saya ngga gengsi memasak untuk mereka. Saya juga ngga pernah merasa sebagai seorang bos. Semua itu saya niatkan sebagai sedekah. Bukan simbolisasi atau pencitraan. Itu adalah kebiasaan saya dari kecil. Menghormati dan melayani orang lain dengan memasak untuk keluarga, tamu, atau kyai yang datang saat pengajian di rumah.  Sejatinya kita adalah pelayan." tutur WH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun