Mohon tunggu...
rasyid rasya
rasyid rasya Mohon Tunggu... -

bicara sesuai kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Harus Ganti Nama, Jika Ingin Menang 2019

27 Mei 2014   05:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden SBY sering mengatakan kepada kadernya bahwa elektabiltas partai demokrat menurun karena terus menerus diserang oleh media, baik media elektronik seperti televisi nasional dan juga meedia cetak. Beberapa oknum partai demokrat yang mengambil keuntungan dengan mencuri uang negara, telah menjadi sasaran empuk bagi kampanye kampenye hitam yang dilakukan lawan lawan politik demokrat, sehingga mampu menurunkan elektabilitas demokrat begitu signifikan.

Walaupun telah berbagai cara dilakukan oleh partai demokrat dalam menaikkan elektabilitasnya, seperti penandatangan pakta integritas, yaitu wujud komitmen dari kader partai demokrat agar tetap responsive dalam memberantas masalah korupsi dan memberikan sanksi pecat bagi kader yang melanggarnya, dan juga pagelaran konvensi capres demokrat untuk memilih calon calon pemimpin masa depan yang diambil dari internal dan eksternal partai demokrat yang merupakan tokoh tokoh nasional dan juga praktisi pemerintahan yang mempunyai kriteria capres, serta turut sertanya SBY dalam setiap kampanye kampanye terbuka tak dapat menaikkan elektabilitas secara signifikan, bahkan hasil real count yang telah diumumkan oleh KPU demokrat hanya mendapat 10,19 persen dan itu berarti menurun hingga 50 persen dari perolehan suara yang didapatnya di tahun 2009.

Pernyataan pernyataan SBY bukanlah tak mendasar, memang terlihat semua media di tanah air terus memojokkan partai demokrat dengan pemberitaan pemberitaan negatif walaupun televisi tersebut merupakan teman koalisi demokrat sendiri. Mereka ,memjadikan masalah masalah yang mendera demokrat menjadi trend untuk mengambil keuntungan berupa iklan pada media media mereka. Ditambah lagi mantan ketum demokrat yang namanya selalu dikaitkan dengan partai demokrat dan terus mengadakan perlawanan baik di mana pun dia berada, merupakan sasaran empuk para kuli tinta dan media elektronik untuk mendapatkan headline berita yang menarik untuk diikuti, dan sang mantan pun menyadari hal ini dan terus mengambil kesempatan tersebut.

Bukan maksud menggurui atau sok tahu dalam hal ini, alangkah baiknya ada penambahan nama di belakang demokrat seperti yang dilakukkan oleh partai Golkar terdahulu, di mana bintang iklannya Akbar Tanjung yang mengatakan bahwa Golkar bukanlah sama dengan golkar sebelumnya, Kala itu Akbar tanjung menggunakan istilah Golkar baru, agar rakyat  melihat ada niat baik dari golkar untuk berubah dan terlihat Golkar baru adalah partai baru reformis   yang komit dalam menghalau segala isu negatif yang mendera partainya.

Ini hanya sebuah usulan untuk partai demokrat, karena partai demokrat sulit untuk beranjak dari posisinya sekarang walau dengan segala niat baik yang digunakan jika nama demokrat tetaplah demokrat dan tak ada penambahan nama atau pun iklan yang baru yang menyatakan bahwa demokrat saat ini bukanlah demokrat yang dulu, demokrat yang sekarang lebih concern pada pemberantasan masalah masalah korupsi, dan siap mendengar, mengayomi dan menjadi problem solver untuk rakyat.

Demikianlah usulan dari saya semoga menjadi pertimbangan partai demokrat, karena di sini penulis sudah melihat niat baik dari partai demokrat untuk merubah citranya di mata masyarakat, namun usaha usaha itu menjadi tidak maksimal karena demokrat sendiri tidak mempunyai televisi dan media nasional, yang setiap saat mampu menyerang krediblitas demokrat dengan mengungkit kasus kasu lamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun