Ku bilang aku mencintaimu, kau  tidak mempercayaiku.
Ku beri seutas tali bahagia, kau malah memutuskannya.
Lalu, dengan puisi baru, aku merayumu.
Dengan yakin kau menolakku.
Bahkan dengan samar, ku dengar kau bertutur,Â
sebuah kalimat yang membuatku jatuh tersungkur.
Nyatanya, rasaku tak pernah kau labuhkan dalam sanubarimu.
Hasrat-hasrat yang ku harap, kau padamkan bersama malam gelap.
Walau begitu, aku masih mengharapkan cahaya.
Cahaya bahagia yang kau leburkan bersama cinta.
Tetap masih sama, kau menghitam.
Maka biarkan waktu menghancurkan putihnya doa.
Dan pada saat itu, kau bukan cinta, hanyalah hati yang retak.
Kau tulang rusuk yang patah.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H