Mohon tunggu...
Anggun Djati
Anggun Djati Mohon Tunggu... -

Saya seorang peneliti, suka menulis sedang ingin buat buku, ibu dua anak, tinggal di Banjarnegara Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Badai Siklon Tropis yang Cantik Menggetarkan dan Kencing Tikus yang Pendiam tapi Pembunuh

28 Desember 2017   02:12 Diperbarui: 28 Desember 2017   02:34 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Cempaka kita kenal sebagai nama bunga yang cantik. Dan ternyata baru saja saya menemukan foto dan informasi yang memuat ragam jenis bunga ini. Baru saya tahu kalau salah satu jenis cempaka ini yaitu yang dikenal sebagai bunga kantil. Bunga kantil adalah salah satu bunga terkenal bagi orang Jawa, termasuk saya. Bunga kecil yang harum, seringkali digunakan dalam upacara-upacara adat. Selain itu, ternyata bunga dan tanaman ini memiliki manfaat kesehatan karena dapat menyembuhkan gejala-gejala penyakit tertentu.

Eits, perlu segera saya stop cerita tentang bunga cempaka. Karena yang akan saya tuliskan di sini bukan cempaka nama bunga, tetapi nama badai siklon tropis yang baru-baru ini terjadi di berbagai wilayah di Indonesia bagian selatan, tepatnya di selatan Pulau Jawa. Sama-sama cantik, tapi jauh berbeda. Sekarang mari kita bahas singkat tentang badai siklon tropis Cempaka.

Menurut sumber yang saya baca, badai siklon tropis sesungguhnya mekanisme alam untuk memindahkan panas dari daerah yang bersuhu panas ke daerah yang bersuhu lebih dingin. Jadi sebenarnya badai ini proses alami yang "baik". Tapi mengapa kemudian menimbulkan bahaya dan kematian? Volume atau ukurannya yang sangat besar (150 hingga 200 km) dan kemunculannya yang seringkali tiba-tiba menyebabkan kewaspadaan terhadap kedatangannya menjadi rendah. 

Ada banyak upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi badai ini, karena mau tidak mau, kita sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah "rawan bencana alam" mestinya bisa lebih siap dan bisa beradaptasi dengan baik. Itulah gunanya ilmu pengetahuan dan penelitian, bisa menjadi bahan pemikiran dan dasar tindakan dalam kehidupan.

Lalu sekarang, apa hubungannya badai siklon tropis dengan tikus? Apalagi kencingnya? Sangat jauh. Tapi kenyataannya kedua hal tersebut berhubungan meski tidak langsung dan melalui alur yang kompleks.

Tidak ada suatu penyakit pun sebenarnya yang mudah timbul. Karena Tuhan sangat baik telah menyiapkan benteng pertahanan yang berlapis-lapis di tubuh kita, di setiap entry point seperti mata, hidung, mulut, telinga, bahkan permukaan kulit. Itu adalah perisai terluar. Belum lagi sistem kekebalan tubuh yang luar biasa dalam tubuh kita. Ditambah mekanisme alam yang sangat luar biasa. 

Alam dengan segala isinya yang diciptakan sedemikian rupa hebatnya untuk kita, manusia, spesies utama yang diberi kelebihan akal dan pikiran, serta perasaan atau hati nurani. Oleh karena itu, jika sampai terjadi penyakit atau kita mengalami sakit, sesungguhnya telah terjadi banyak gangguan dan ketidakseimbangan berbagai faktor secara bersamaan, hampir bersamaan, ataupun berturut-turut. 

Faktor itu bisa dari dalam tubuh kita sendiri, maupun dari luar tubuh, bahkan dari lingkungan alam yang "maha" luas ini. Dapat juga berupa faktor fisik yang terlihat, bisa juga faktor yang "tidak terlihat" (tapi bukan mistis lho), seperti aspek ekonomi, sosial, budaya dan politik.

Kembali ke persoalan kencing tikus. Tikus telah kita kenal adalah binatang yang "menjijikkan" dan seolah hampir tak memiliki manfaat, kecuali sebagai makanan kucing. Bahkan kucing-kucing modern saat ini pun sepertinya sudah kehilangan selera sekaligus daya juang untuk menjadikan tikus sebagai sumber makanan utama mereka. Itulah perubahan jaman. 

Bergerak dengan cepat, diam-diam (karena kita kurang waspada dan perhatian), dan bersifat dinamis terus menerus. Termasuk bumi yang berubah, iklim yang berubah, dan tentunya manusia, lagi-lagi sebagai spesies utama di bumi ini. Perubahan sosial, gaya hidup, perilaku, budaya, juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan dalam memahami alam dan kehidupan, perubahan-perubahan dan gerak dinamisnya.

 Timbulnya penyakit juga tidak lepas dari peran faktor-faktor tersebut. Bahkan politik sekalipun. Dan salah satu contoh jenis penyakit yang memiliki siklus penularan dan penyebaran terkait alam dengan segala aspeknya baik secara langsung maupun tidak langsung, adalah penyakit kencing tikus.

Penyakit kencing tikus atau Leptospirosis adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang dapat hidup di lingkungan yang biasa, tetapi sangat menyukai dan berkembang dengan baik di lingkungan berair, di genangan air yang tidak terlalu pekat, kadar garam rendah, tanah lembab, dan sejenisnya. Penyakit ini mudah masuk ke dalam tubuh terutama melalui luka, sekecil apapun, yang seringkali tidak kita sadari. 

Leptospirosis dapat menyebabkan kematian. Biasanya kematian timbul setelah terjadi gagal ginjal dan atau kerusakan hati. Gejalanya pada umumnya mirip dengan sakit kuning, tapi banyak juga orang yang tidak menunjukkan gejala apa-apa, walaupun sakit leptospirosis. Banyak juga orang yang diduga sakit DBD atau demam tipus, tapi ternyata sakit Leptospirosis, maka terjadilah keterlambatan pengobatan atau penanganan yang salah. 

Gejala awalnya tidak spesifik. Tapi jika kemudian diketahui ada riwayat paparan dengan banjir atau kontak dengan tikus atau kencing tikus sebelum sakit, bisa jadi dugaan kuat terkena leptospirosis. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tua muda, kaya miskin,....maka waspadalah.

Penyakit kencing tikus ini sebenarnya sangat mudah pengobatannya, asal tidak terlambat. Sayangnya karena gejala yang mirip dengan penyakit lain, bahkan ada yang awalnya tidak bergejala, atau bahkan karena dianggap bukan penyakit berbahaya, maka dampaknya terjadilah wabah dan timbul kematian yang banyak.

Apakah kita hanya akan menunggu penyakit kencing tikus menjadi pembunuh berdarah dingin di antara kita?

Datangnya perubahan iklim, perubahan sosial masyarakat, semestinya adalah masa datangnya perubahan diri kita untuk semakin belajar memahami lingkungan, diri kita dan kehidupan di sekitar kita, mengenal dampak buruk, penyakit dan cara menghindarinya atau mengatasinya.

Referensi :

https://masfikr.com/bunga-cempaka/
https://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/01/id

https://atsalramadhan.blogspot.co.id/p/blog-page.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun