Malam itu tiba dengan suasana mencekam. Saya mengikuti petunjuk menuju gedung tua yang tampak terlupakan di pinggiran kota. Di sana, suasana sunyi menyelimuti tempat tersebut; hanya suara langkah kaki saya yang terdengar menggema di lorong-lorong gelap.
Saat memasuki ruangan utama, saya melihat sekelompok orang berkumpul dalam lingkaran kecil, berbicara dengan suara rendah namun penuh semangat. Mereka membahas rencana untuk mengumpulkan bukti-bukti kekerasan selama demonstrasi dan mendesak pemerintah agar bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Di sudut ruangan, saya melihat sosok familiar—Mira! Dia tampak tegang tetapi bersemangat saat melihat saya. "Kau datang!" serunya sambil menarik saya ke samping agar bisa berbicara tanpa didengar oleh orang lain.
Mira menjelaskan bahwa dia telah bergabung dengan kelompok ini untuk mencari kebenaran tentang hilangnya kakaknya dan banyak orang lainnya selama kerusuhan politik ini. Dia merasa bahwa jika mereka berhasil mengumpulkan bukti-bukti kuat dan membagikannya kepada media internasional, mungkin ada harapan untuk keadilan bagi semua korban. "Saya tidak bisa kembali ke rumah," katanya dengan nada serius. "Orang-orang ini bergantung padaku untuk membantu mereka mengungkap kebenaran."
Saya merasa terharu mendengar tekadnya. Namun, saat kami berbicara lebih lanjut, Mira mulai bercerita tentang kelompok "bayangan". Mereka bukan hanya sekadar pengamat; beberapa dari mereka terlibat langsung dalam aksi-aksi kekerasan selama demonstrasi untuk menciptakan ketakutan dan kekacauan. "Beberapa anggota kelompok ini memiliki agenda tersendiri," katanya pelan-pelan sambil melirik ke arah teman-temannya yang sedang berdiskusi serius.
Saya merasakan ketegangan dalam kata-katanya; ada risiko besar jika kami terus terlibat dengan kelompok ini tanpa mengetahui siapa sebenarnya mereka. Dengan keputusan bulat, kami memutuskan untuk keluar dari kelompok tersebut dan mencari cara lain untuk memperjuangkan keadilan bagi para korban tanpa terjebak dalam permainan politik gelap ini. Kami mulai merencanakan langkah-langkah baru untuk mengumpulkan informasi secara independen dan menyebarkannya melalui saluran media alternatif.
Hari-hari berikutnya menjadi penuh tantangan; kami harus bergerak hati-hati agar tidak menarik perhatian pihak berwenang atau kelompok-kelompok misterius lainnya. Namun semangat kami tak pernah pudar; kami percaya bahwa kebenaran harus terungkap meskipun jalan menuju ke sana dipenuhi rintangan. Akhirnya, setelah beberapa minggu bekerja keras mengumpulkan bukti-bukti dan kesaksian dari para korban serta keluarga mereka, kami berhasil menyiapkan laporan lengkap mengenai kekerasan selama demonstrasi 1998. Dengan bantuan beberapa jurnalis independen, laporan tersebut berhasil dipublikasikan di beberapa media internasional.
Tahun 1998 bukan hanya sekadar angka dalam kalender; ia adalah simbol harapan dan keberanian untuk melawan penindasan. Melalui perjuangan kecil kami ini, kami berharap dapat memberikan suara bagi mereka yang telah hilang dan memastikan bahwa kisah mereka tidak akan dilupakan. Seiring waktu berlalu dan situasi mulai mereda, kisah kami tetap hidup dalam ingatan—sebuah misteri yang akan terus diceritakan kepada generasi mendatang sebagai pengingat bahwa setiap suara memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H