Mohon tunggu...
Rasyadi Azzahro
Rasyadi Azzahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat yang memiliki minat dan komitmen tinggi dalam bidang kesehatan masyarakat. Selain itu, saya juga bersemangat untuk bekerja sama dengan berbagai pihak guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seni Komunikasi Teraupetik : Bentuk Empati Lewat Kata

8 Januari 2025   11:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   14:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Komunikasi adalah salah sau bentuk seni dalam berbicara. Bagi para promotor kesehatan, komunikasi adalah senjata utama dalam menjalankan tugas, lebih dari sekedar berbicara. Tugas seorang promotor kesehatan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kesehatan, namun juga mendengarkan dengan empati, membangun hubungan emosional, serta memotivasi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup bersih dan sehat.  Tentunya semua tidak lepas dari peran komunikasi teraupetik. Berikut adalah beberapa kisah menarik dari seorang promotor kesehatan di salah satu Puskesmas di Kabupaten Banyuwangi.

Pendekatan Personal

Seorang promotor kesehatan harus dapat menyesuaikan bentuk pendekatan yang digunakan dengan target audiensnya. Ketika seorang promotor kesehatan datang ke wilayah pedesaan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak terkait pentingnya cuci tangan. Promotor kesehatan lebih memilih berkomunikasi secara interaktif, dibanding memberikan ceramah yang berisi pemaparan data. Dengan senyum ramah, ia membuka percakapan, “Siapa di sini yang pernah sakit perut setelah makan?” Pertanyaan tersebut langsung memancing respons antusias dari audiens. Beberapa anak mengangkat tangan, merasa pernah mengalami situasi tersebut. Kemudian, promotor kesehatan melanjutkan dengan cerita sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami, menyelipkan fakta yang relevan untuk memperkuat pesan dan mempersuasi audiens.

Mendengarkan dengan Empati

Komunikasi terapeutik tidak hanya soal berbicara, tetapi juga mendengarkan. Ketika seorang ibu menyampaikan kekhawatirannya tentang anaknya yang demam setelah diimunisasi, promotor kesehatan tidak langsung menghakimi dan membantah. Sebaliknya, ia mendengarkan dengan sabar, memberi ruang bagi ibu untuk mencurahkan kekhawatirannya. Setelah itu, mengedukasi dengan berkata, “Bu, saya juga seorang ibu, dan saya mengerti perasaan Ibu. Tapi, imunisasi itu fungsinya seperti perisai untuk anak kita bu. Demam itu hal yang wajar, artinya tubuh anak ibu merespon vaksin yang masuk.Setelah itu, tubuhnya jadi lebih kuat melawan penyakit.” Pendekatan ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menenangkan hati dan membangun kepercayaan.

Penyampaian Pesan secara Kreatif

Promotor kesehatan seringkali menggunakan berbagai teknik kreatif untuk menjadi solusi ketika melaksanakan penyuluhan kepada audiens dengan tingkat pendidikan rendah. Dalam kegiatan penyuluhan tentang gizi seimbang, promotor kesehatan tidak hanya memberikan informasi dengan teknik ceramah namun juga mengadakan sesi diskusi dan permainan interaktif. Audiens diminta untuk membawa bahan makanan apapun yang ada di rumah, untuk dijadikan contoh penerapan gizi seimbang. Audiens juga diminta menyusun piring makanan sehat dari gambar bahan makanan yang telah disediakan. Kegiatan ini tidak hanya membuat suasana menjadi lebih hidup, tetapi juga membantu audiens memahami konsep dengan cara yang mudah diingat.

Menciptakan Hubungan Emosional dengan Empati

Ketika berhadapan dengan seorang lansia yang tidak mau diperiksa, promotor kesehatan akan berusaha mengerti dan memahami. Empati adalah elemen utama dalam pendekatan komunikasi terapeutik. “Bapak disini tidak sendiri. Banyak orang lain yang juga takut saat diperiksa. Tapi, kita perlu melakukan pemeriksaan ini untuk menjaga kesehatan Bapak. Saya yakin, Bapak ingin tetap sehat dan kuat untuk bisa melihat perkembangan cucu Bapak.” Kalimat yang terkesan sederhana ini justru mampu  mencairkan kekhawatiran dan mendorong lansia tersebut untuk bersedia diperiksa. Pendekatan ini menunjukkan bahwa promotor kesehatan tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga menciptakan hubungan emosional yang mendalam.

Untuk menciptakan perubahan yang signifikan, diperlukan interaksi yang konsisten. Sehingga, lambat laun masyarakat mulai menerapkan gaya hidup yang sehat. Semua ini adalah dampak dari komunikasi teraupetik yang dilakukan oleh promotor kesehatan. Masyarakat tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga merasa didengar, dihargai, dan didukung.

“Jangan anggap remeh pekerjaan para promotor kesehatan. Di balik senyuman ramah dan cerita sederhana, mereka adalah jembatan perubahan. Dengan komunikasi terapeutik, mereka membawa harapan dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi kita semua.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun