Mohon tunggu...
M RasumaFebri
M RasumaFebri Mohon Tunggu... Guru - Kajur Multimedia SMKN 1 Rimbamelintang

Guru Multimedia yang mencoba menikmati setiap kisah Adat, Budaya dan Sejarah Melayu Tambusai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Bujang Kelana, dari Tambusai sampai Semenanjung Malaysia

1 Juli 2021   14:34 Diperbarui: 1 Juli 2021   15:57 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Melayu Kampung Balun dibina pada tahun 1931 oleh Tok Empat Mohd Ibrahim Bujang. Foto : bharian.com.my

Bujang Kelana, adalah anak bungsu dari Raja Tembusai yang bernama Sutan Malim Maharaja Lela (Sampai postingan ini dimuat, Belum ada tulisan yang memuat tentang Sutan Malim Maharaja Lela), yang memerintah tiga buah daerah yaitu Tambusai, Dalu-dalu & Sedinginan

Dikutip dari sumber : tanahputihsedinginan.blogspot.com yang diedit oleh M Rasuma Febri, S.Kom

Kisah Asal-usul Bujang Kelana

    Raja Negeri Tembusai yang bernama Sutan Malim Maharaja Lela mempunyai 3 (tiga) orang anak. Anak sulung laki-laki, anak kedua perempuan dan Anak ketiga, anak bungsunya di kenal dengan nama Bujang Kelana. 

    Saat Raja Negeri Tembusai mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan antara anak sulung dengan dengan anak Bungsu  (Bujang Kelana) Raja Malim Maharaja Lela, masing-masing tidak ada yg mau mengalah dan ingin menjadi Raja Tembusai. Untuk mencari penyelesaian masalah ini, maka Abang Sulung  menawarkan sebuah tantangan yang tidak masuk akal antara dia dengan Adik Bungsunya, Bujang Kelana. Tantangannya adalah, Bujang Kelana di suruh mengambil seulas durian yang akan dibuat menjadi lempuk, dicincang lumat dan ditanam. Kalau biji durian itu tumbuh, maka Bujang Kelana berhak menjadi Raja Tembusai. Dan untuk abang sulungnya juga akan mengambil seulas durian dalam wadah yang sedang mendidih panas untuk dibuat lempuk dan menanamnya pula. Apabila biji durian itu yang tumbuh, maka Abang Sulung pula lah yang berhak menjadi Raja Tembusai. Bujang Kelana menolak tawaran ini lalu pergi merantau (Berkelana). Bujang Kelana dengan perasaan marah, nekad dan tertantang lalu mengambil sebuah perahu dan berkata kepada Kedua saudaranya san rakyat Tembusai "Mulai saat ini nama hamba ialah 'BUJANG'. Aku merentas Selat Melaka yang luas ini ke Tanah Melayu. Aku pasrah kepada Illahi. Dimana sahaja aku terdampar kelak di situlah aku mengabdikan diri dan sujud kepada Illahi. Namun balik ke Tembusai tidak sekali. Selamat tinggal kekandaku berdua dan selamat tinggal tanah tumpah darahku Tambusai sekalian"

    Maka merantau dan berlayar lah Bujang Kelana yang akhirnya sampai ke Kelang (Selangor, Malaysia). Sebelum beliau naik ke daratan beliau menendang perahunya  dan berkata “Hanyutlah kamu kemana sahaja di bawa arus lautan luas ini dan aku akan ber ’Kelana’ di daratan tanpa ku ketahui kemana arahnya. Aku pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa di mana sahaja rezekiku ditentukan oleh Illahi di situlah aku akan sujud dan mengabdikan diri di bumi bertuah itu nanti"

Bujang Kelana di Tanah Semenanjung Melayu

    Sekitar tahun 1863/1870 (Ada 2 sumber literasi), perjalanan Bujang Kelana akhirnya sampai di daratan Semenanjung Melayu (Malaysia Barat) tepatnya d sebuah kampung yang bernama Lubuk Salak, Selangor. Bujang Kelana adalah seorang yang tampan, rajin, baik budi bahasanya, pandai ilmu agama dan pandai ilmu persilatan. Sifat-sifat terpuji dari Bujang Kelana ini lah yang membuat Beliau mendapatkan perhatian khusus dari Tok Menteri Husain, Orang Besar Daerah Hulu Selangor. Tok Menteri Husain lalu menjodohkan Bujang Kelana  dengan anaknya yang bernama Cik Andak Jiwa.

    Dengan kegigihan Bujang Kelana, beliau akhirnya diberi kepercayaan menjadi kontraktor pembangunan rel keretapi dari Tg Malim ke Sungkai dan kontraktor membuka Ladang terbaik. Untuk memudahkan pekerjaan beliau, Bujang Kelana lalu berpindah ke Kg Bantang pada tahun 1876 dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Literasi situs Geni

        Dalam literasi lain (Geni) dikatakan bahwa Bujang Kelana lahir tahun 1926 di Langkat Sumatra Utara dan wafat tahun 1904 di Slim River, Perak, Malaysia.Bujang Kelana adalah Seorang Menteri di Kerajaan Tambusai, Beliau meninggalkan Negeri Tambusai, karena adanya masalah dalam keluarga dan Penjajahan Belanda pada saat itu.

    Bujang Kelana Menerima tantangan yang diberikan untuk mengambil seulas durian sebelum Bujang Kelana meninggalkan Negeri Tambusai, Beliau sempat menanam beberapa biji durian yang sudah dibuat lempok, dan kalau biji durian yang beliau tanam itu tumbuh, Beliau akan pulang kembali ke Tembosai. Diceritakan Bujang Kelana memiliki 2 (Dua) Saudara yang semuanya adalah Lelaki, dimana salahsatunya pergi ke Langkawi dan salahsatunya lagi pergi ke Jambi.

Anak Bujang Kelana

        Dari pernikahan Bujang Kelana dengan Cik Andak Jiwa, mereka  dikurniai 4 (Empat) orang anak Yaitu:

  • Ibrahim Bin Bujang Kelana
  • Alang Bin Bujang Kelana
  • Bedah Binti Bujang Kelana
  • Othman Bin Bujang Kelana

        Ibrahim Bin Bujang adalah anak sulung Bujang Kelana yang meneruskan usaha-usaha Ayahnya menjadi kontraktor membuka Ladang Cluny, Bedfort, Trolak, Sg Chinoh. Pada masa penjajahan Inggris, beliau dikenali sebagai Mohammad Ibrahim ESQ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun