Pendidikan secara luas merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup yang memengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan secara sempit pendidikan merupakan pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan diupayakan kepada setiap anak dan remaja agar mempunyai kemampuan yang sempurna juga bisa berkontribusi dalam tugas-tugas sosial di sekitarnya. Anak dan remaja berpendidikan inilah yang nantinya bisa memajukan negaranya dengan kemampuan yang mereka miliki.
Begitu pentingnya pendidikan bagi kemajuan suatu negara, sehingga pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 C ayat 1 menerangkan bahwa semua orang tanpa terkecuali berhak untuk mendapatkan pendidikan sebagai sarana pengembangan diri dan juga menjadi penentu kualitas kehidupan dan kesejahteraan hidupnya di manapun ia berada. Tidak terkecuali untuk masyarakat yang bertempat di daerah terpencil.
Daerah terpencil merupakan daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografis (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial, dan ekonomi. Bila ditilik lagi, masih banyak daerah di Indonesia yang termasuk dalam kategori daerah terpencil karena keadaan geografisnya menyebabkan daerah itu sulit diakses transportasi. Masyarakat di daerah terpencil hidup jauh dari keramaian kota, sehingga percepatan teknologi dan informasi kadang terhambat. Oleh karena itu, butuh lebih banyak usaha untuk membantu pertumbuhan daerah terpencil, terutama dalam bidang pendidikan agar tidak tertinggal dari daerah lainnya. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa penyebaran tenaga kependidikan dan fasilitas pendidikan di daerah terpencil masih sangatlah kurang merata. Masih cukup jarang tenaga pendidik yang ingin mengabdi di daerah terpencil karena fasilitasnya pun masih sangatlah kurang.
Berkaca dari masalah seperti ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencetuskan sebuah program bernama Kampus Mengajar, yang mana ditujukan untuk membantu peningkatan kualitas pembelajaran di pendidikan dasar. Mahasiswa diterjunkan ke berbagai sekolah dasar dan menengah pertama di seluruh Indonesia untuk berkolaborasi, beraksi, dan berbakti. Setelah sukses dengan Kampus Mengajar Angkatan 1 yang dilaksanakan pada paruh awal 2021, Kemendikbud kembali mengadakan Kampus Mengajar Angkatan 2 yang lebih difokuskan untuk meningkatkan kualitas pendidikan SD dan SMP khususnya di bdidang literasi dan numerasi. Sejalan dengan itu, Universitas Pendidikan Indonesia juga melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Rekognisi Program MBKM-PUSRESNAS Kemdikbud Ristek yang dilaksanakan pada 26 Agustus – 26 September 2021. Salah satu mahasiswanya yakni Rastya Ismatriyana dari jurusan Pendidikan Bahasa Korea juga mengikuti program KKN Rekognisi ini.
Mahasiswa diturunkan di SDN Kinangki, sebuah sekolah terpencil yang berada di Kampung Kinangki, Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey. Sekolah ini disebut terpencil karena letaknya berada ditengah-tengah perbukitan, serta akses menuju sekolahnya cukup sulit dikarenakan jalanan yang terjal dan belum teraspal. Meskipun begitu, semangat masyarakat dalam melaksanakan pendidikan masih sangatlah kuat. Terbukti dari banyaknya siswa yang terdaftar di sekolah ini.
Namun sayangnya, imbas dari pandemi COVID-19 membuat semua pembelajaran mau tak mau dilakukan melalui daring, sedangkan tidak semua masyarakat di daerah ini memiliki ponsel. Oleh karena, kemampuan para siswanya juga masih terbelakang dibandingkan dengan siswa sekolah dasar di kota. Dari hasil observasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan program, didapat hasil bahwa masih ada siswa kelas 3 yang belum bisa membaca dan menulis. Selain karena kemampuan yang kurang, siswa tersebut juga tidak mempunyai ponsel sehingga tertinggal dalam pelajaran dari teman-teman yang lain.
Para pendidik di sekolah ini pun harus berusaha lebih ekstra dengan tetap memberikan pembelajaran melalui luring secara berkelompok kecil. Seperti pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa UPI Rastya Ismatriyana di kelas 3, bersama guru kelasnya mengadakan pembelajaran secara luring di lingkungan rumah siswa. Ada dua kelompok kecil untuk kelas 3, yaitu kelompok yang berdomisili di Pasir Haur untuk hari Senin, Rabu, Jumat, dan kelompok yang berdomisili di Sikluk untuk hari Selasa, Kamis, Sabtu. Pembelajaran luring ini tidak dilakukan terus menerus, tetapi situasional tergantung pada kondisi hari itu.
Sebagai seorang asisten pengajar, tugas mahasiswa di sini ialah meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam bidang literasi dan numerasi. Dalam bidang literasi, siswa biasanya diberikan satu bacaan baik itu artikel pengetahuan ataupun cerita dongeng pada tiap pembelajarannya. Setelah itu para siswa diberikan pertanyaan berkenaan dengan bacaan tersebut. Uniknya, karena para siswa tumbuh di lingkungan yang sehari-harinya memakai bahasa daerah, sehingga mereka agak kesulitan bila diberikan pertanyaan berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai asisten pengajar melakukan pembelajaran menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa utamanya. Siswa lebih paham bila dijelaskan dalam bahasa daerah, dan setelah itu baru dijelaskan ke dalam bahasa Indonesia kembali.
Selain menggunakan bahasa daerah, siswa juga lebih bersemangat bila mendengarkan cerita tentang kebudayaan yang mereka tahu. Para siswa sangat menyukai cerita Kabayan, dan terkadang meminta guru untuk bercerita bila jam pelajaran masih tersisa. Kemampuan menyimak siswa kelas 3 di SDN Kinangki sudah lumayan baik, hanya saja masih perlu peningkatan dalam memahami bacaan dan menjawab pertanyaan yang ada. Siswa juga masih harus didorong untuk mengemukakan jawaban, karena masih malu-malu ataupun takut salah. Perlu penekanan bahwa kesalahan dalam belajar adalah hal yang wajar karena itu adalah salah satu bagian dari proses. Penting untuk terus memotivasi siswa agar mereka lebih berani mengemukakan pendapatnya.
Kegiatan Kampus Mengajar Angkatan 2 ini memang masih berjalan sampai dengan bulan Desember. Tetapi, bila dilihat perkembangannya dari bulan Agustus sampai September, para siswa menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Beberapa siswa yang tidak bisa membaca kini sudah mengenal huruf dan bisa menulis dengan melihat contoh. Siswa yang sudah bisa membaca pun bisa menyimak bacaan dengan baik. Melalui program KKN Tematik Rekognisi MBKM-PUSPERNAS Kemdikbud Ristek UPI ini, para mahasiswa bisa menjadi agent of change dalam meningkatkan kualitas pendidikan negara.
Penulis:
Rastya Ismatriyana, Program Studi Pendidikan Bahasa Korea Universitas Pendidikan Indonesia
Dosen Pembimbing Lapangan Kelompok 20 KKN Rekognisi:
Dr. Ira Purnamasari, M.Pd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H