Setelah sepekan berita di semua media massa disuguhi mengenai konflik Indonesia-Mlaysia, tiba-tiba ada konflik baru (baca konflik batin) yang saya baca pada Pagi hari ini, yaitu gedong hejo mau tambah gedong baru, gedongnya kali ini canggih. Tapi yang saya takutkan adalah anggotanya masih belum dapat secanggih gedung yang akan digunakannya.
Ada hal lain yang menggelitik saya adalah adanya tambahan tenaga ahli untuk anggota menjadi 5 orang. Weleh, weleh, weleh, satu tenaga ahli saja penggunaannya belum optimal atau bahkan memang tidak dioptimalkan fungsinya. Hanya masalah keuangannya saja yang digunakan secara optimal oleh anggota. Kalau pun ada anggota yang telah menggunakan tenaga ahlinya secara optimal biasanya agak melanggar tatib DPR. Contoh, rapat panja pada saat konsinyering sudah ditentukan tertutup, yang boleh ikut dalam pembahasan hanya pihak yang terlibat, tapi mulai masa keanggotaan saat ini, tenaga ahli anggota dapat masuk ke dalam rapat panja dan anggotanya.....istirahat dulu di kamar, hebat tooh. Dan lebih hebatnya lagi, banyak pelanggaran yang dilakukan oleh anggota tidak ada yang melaporkan ke Badan Kehormatan.
Menurut saya, masa keanggotaan saat ini cukup difasilitasi oleh negara, namun tidak seimbang dengan apa yang telah mereka berikan. Kepentingan kelompok tetap menjadi prioritas utama dibandingkan kebutuhan rakyat banyak. Alasannya selalu klasik, "namanya juga ranah politik". Seolah-olah dengan jargon itu sudah cukup menghapus dosa yang mereka perbuat. Sangat miris.
Saya masih tetap berharap semoga fasilitas yang telah diberikan dapat meningkatkan kinerja anggota dan mampu mengakomodir lebih banyak kebutuhan masyarakat, amiiien
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H