Mohon tunggu...
Rastra Rochima Sitoresmi
Rastra Rochima Sitoresmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis dan bertukar pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia dan Pendidikan

23 Februari 2023   15:00 Diperbarui: 23 Februari 2023   14:57 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia itu siapa sih? Apa yang akan dilakukan manusia jika dilahirkan tidak dengan kondisi yang sekarang? Apa sebenarnya yang harus dilakukan manusia saat terjun didunia ini? Tugas apa yang seharusnya dilakukan manusia semasa hidunya? Terkadang pertanyaan-pertanyaan konyol yang entah siapa yang bisa menjawabnya terbesit dipikiran seseorang. Sebagai manusia memang sudah seharusnya berpikir mengenai hal-hal disekitarnya karena Tuhan telah menciptakan otak untuk penyempurnaan tubuh manusia. Namun sayangnya tak semua orang diberkai kelebihan untuk berpikir panjang nan jauh disana.

Manusia si makhluk rasional menurut filsafat Yunani dan Romawi (tafsiran idasik/rasionalistik) memiliki kecerdasan berbudi yang saleh. Dari pengalaman sepanjang hidupnya membuat pengetahuan semakin kaya dan juga menjadikan keunikan pikirannya semakin menarik perhatian.  

Tak hanya itu, sebagai makhluk ciptaan Tuhan (tafsiran teologis) yang mampu mentransendensikan kehidupan kepada tingkatan yang lebih tinggi membuatnya semakin istimewa. 

Terlepas dari dia yang bersifat baik atau jahat, dan juga punya segudang kelemahan atau keunggulan, manusia tetap yang paling hebat jika bisa menguasai dirinya sendiri. Beribu banyak ilmu didunia ini membuat manusia semakin banyak variasinya sebagai bagian dari keteraturan alam fisikal tergantung ilmunya (tafsiran ilmiah). Tetap pada intinya manusia begitu istimewa dari sudut pandang manapun.

Manusia punya kebebasan memilih dan mengembangkan diri atas tanggung jawab sedih (pandangan eksistensi dan fenomenologis). Super power yang dimilikinya dapat memilih alternatif mengambil keputusan secara bebas diketerbatasannya membuatnya ada diantara tanggungjawab dan juga takdirnya. Arah hidup manusia yang terlalu sering diperdebatkan akan menuju ke dih (sumber kekuatan tertinggi yang mutlak) atau dih yang hanya sebagai bualan kehendak untuk berkuasa (faham Nietzsche) membuat percakapan orang-orang semakin seru karena belum ada yang pernah melewati fase itu.

Berbagi macam bentuk, sifat, rupa, sampai ke ranah yang paling sensitif yakni keyakinan membuat manusia sering berkonflik. Keragaman yang disebabkan oleh kemerdekaan manusia membawanya ke proses dialektika. 

Semakin pintar manusia berpikir akan semakin kaya dalam diri seseorang dan akan semakin kuat juga ego didalamnya yang membuat semakin tak terkalahkan. Hanya rendah hati dan selalu ingin berproses tanpa mengganggu orang lainlah yang bisa menyelamatkan manusia dari keberagaman orang lai. Bukankah keberagaman mestinya disatukan dan bukan disamakan? 

Kalau pada akhirnya manusia bercerai berai karena keberagaman, untuk apa Tuhan menciptakan manusia yang berbeda-beda seperti semboyan negara kita tercinta Indonesia Raya "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Terus berangkulan tangan dengan yang lain tanpa memandang latar belakangnya, buktikan bahwa kita adalah manusia yang berkualitas.

Sumber : Artikel hakikat manusia dan pendidikan-Lobby Loekmono UKSW 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun