Mohon tunggu...
rastiami
rastiami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Transformasi Digital

30 Juni 2024   20:27 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:00 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Menurut Ketua Dewan Pembina Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Rudiantara, e-commerce tetap menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia pada tahun 2023 karena masih mendominasi pertumbuhan ekonomi digital nasional. Lebih dari separuh ekonomi digital Indonesia berasal dari sektor e-commerce. Proyeksi transaksi e-commerce yang diungkap oleh Bank Indonesia (BI) pada November 2022 menunjukkan bahwa nilai transaksi e-commerce diperkirakan dapat mencapai Rp572 triliun, dan diperkirakan e-commerce secara keseluruhan dapat mencapai angka Rp600-Rp700 triliun. Hal ini menunjukkan kontribusi yang signifikan dari e-commerce terhadap perekonomian Indonesia dan menegaskan peran pentingnya dalam pertumbuhan ekonomi digital di negara tersebut. Jadi, adanya konektivitas global dalam era digital ini mampu membuka kesempatan perdagangan internasional, memperluas jangkauan pasar global, dan meningkatkan arus barang dan jasa antar Negara.

Di satu sisi, e-commerce memberikan aksesibilitas dan kemudahan berbelanja bagi konsumen dengan memungkinkan mereka untuk menjelajahi dan membeli berbagai produk dari berbagai negara tanpa batasan geografis. Selain itu, e-commerce juga meningkatkan pilihan produk dan kompetisi di pasar dengan memperluas pasar bagi penjual dan mendorong inovasi produk serta harga yang lebih kompetitif. Efisiensi transaksi juga menjadi salah satu keuntungan dari e-commerce, di mana proses pembelian dan pembayaran online mempercepat transaksi dan mengurangi biaya operasional bagi pelaku bisnis. Selain itu, e-commerce memberdayakan pelaku usaha kecil dan menengah dengan memberikan kesempatan untuk memasarkan produk secara global tanpa harus memiliki toko fisik, sehingga meningkatkan akses pasar bagi mereka.

Namun, di sisi lain, konektivitas global e-commerce juga membawa dampak negatif yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah utama adalah terkait dengan keamanan data, di mana risiko kebocoran data pribadi dan finansial konsumen menjadi ancaman serius dalam transaksi online. Selain itu, persaingan tidak sehat seperti penipuan, pemalsuan produk, dan persaingan tidak etis juga dapat terjadi dalam lingkungan e-commerce yang kompetitif.

 Identitas Budaya dalam Era Digital

Dalam era globalisasi yang sangat dinamis dan perkembangan teknologi yang cepat, perubahan budaya dan interaksi sosial telah menjadi isu yang sangat penting dan mendesak dalam berbagai aspek kehidupan. Globalisasi memiliki dampak yang signifikan terhadap identitas budaya suatu masyarakat. Salah satu dampak utamanya adalah homogenisasi budaya, di mana budaya lokal cenderung terkikis dan digantikan oleh budaya global yang dominan. Proses homogenisasi ini dapat mengakibatkan hilangnya keunikan budaya lokal dan menimbulkan ketidakpastian identitas di kalangan masyarakat. Selain itu, globalisasi juga dapat memicu konflik identitas, di mana nilai-nilai dan tradisi lokal bersaing dengan pengaruh budaya global dalam menentukan identitas individu atau kelompok. Namun, di sisi lain, globalisasi juga membuka ruang bagi pertukaran budaya dan pengetahuan yang luas, memungkinkan masyarakat untuk terhubung dengan budaya-budaya lain di seluruh dunia. Hal ini dapat memperkaya identitas budaya suatu masyarakat melalui adopsi elemen-elemen budaya baru dan penciptaan identitas yang lebih inklusif dan beragam. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara mempertahankan identitas budaya lokal dan terbuka terhadap pengaruh budaya global, sehingga dapat mengembangkan identitas budaya yang kuat dan berkelanjutan dalam era globalisasi.

Makanan. Makanan tradisional ternyata lebih banyak digemari oleh anak muda dengan presentase mencapai 71,4 persen berdasarkan data dari GoodStats pada tahun 2022. Makanan tradisional jika dilihat dari segi ritual, memiliki arti khusus mempunyai arti khusus serta kepercayaan yang sudah teurun temurun. Contohnya, pada acara suku jawa biasanya ada yang namanya upacara selamatan dengan menyajikan makanan tertentu seperti bubur, tumpeng dan lain sebagainya. Menuju abad ke-21, terjadi perubahan dalam pola makan di Indonesia apalagi di kota-kota besar. Perubahan gaya hidup dan budaya makan terjadi seiring dengan adanya perbaikan ekonomi dan masuknya makanan asing.

      Setelah adanya fastfood di restaurant, pola makan yang sebelumnya tinggi serat dan rendah lemak berubah menjadi tinggi kalori dan tinggi lemak. Tren kuliner di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya asing, terutama di era sekarang ini dimana banyak orang yang tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebarat-baratan seperti Korea atau Jepang. Pengaruh ini terlihat dari popularitas masakan Korea dan Jepang di kalangan penikmat budaya tersebut, yang sering dibagikan melalui media sosial dan platform lainnya. Meskipun banyak orang yang masih memilih makanan Indonesia sebagai makanan pokoknya, mereka sering kali memilih makanan ringan dari luar negeri, seperti toppoki, takoyaki, sushi, sashimi, jajangmyeon, kimbap, onigiri, mochi, udon, ramen. Di kota Tasikmalaya street food yang ramai setiap malam minggu yaitu pasar mambo, disana ada beberapa makanan korea da jepang yang di jual, namun tak sedikit pula makanan khas Indonesia seperti jajanan pasar, cimol, cilok, batagor, dan lain sebagainya. Jadi, saat ini makanan tradisional dan juga makanan dari barat bisa selaras dan masih eksis di kalangan masyarakat.

Fashion. Pada zaman dahulu, pakaian memegang peran yang sangat signifikan dalam masyarakat Jawa sebagai simbol identitas, penanda budaya, dan gaya hidup yang mampu membedakan stratifikasi sosial di tengah masyarakat. Tradisi berpakaian masyarakat Jawa pada masa tersebut secara khas ditandai dengan penggunaan jarik dan kebaya, yang menjadi representasi yang kuat dari kebudayaan lokal Jawa. Jarik, sejenis kain panjang yang melingkari tubuh, dan kebaya, pakaian tradisional wanita dengan atasan berbentuk blus panjang yang dipadukan dengan kain batik atau songket, bukan hanya sekadar pakaian fungsional, melainkan juga memiliki nilai simbolis yang mendalam dalam konteks budaya Jawa. Penggunaan jarik dan kebaya bukan hanya mencerminkan gaya berpakaian, tetapi juga mengungkapkan identitas, keanggunan, dan status sosial seseorang dalam masyarakat Jawa, serta memperkuat nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi.

    Dengan kemajuan teknologi yang semakin modern di era modernisasi, tradisi berpakaian remaja Jawa mengalami perubahan yang cepat dan signifikan. Tradisi berpakaian yang sebelumnya didominasi oleh penggunaan jarik dan kebaya kini telah beralih menjadi penggunaan gamis, kemeja, celana jeans, dan gaya berpakaian modern lainnya. Para remaja di Jawa saat ini cenderung lebih memilih gaya berpakaian yang sedang trend di media sosial, yang seringkali dipengaruhi oleh gaya berpakaian dari negara lain. Hal ini menyebabkan tradisi berpakaian asli masyarakat Jawa semakin luntur karena remaja lebih condong meniru gaya berpakaian dari luar daripada mempertahankan tradisi lokal mereka. Perubahan ini mencerminkan adaptasi remaja terhadap perkembangan mode dan tren global, namun juga menunjukkan dampak dari globalisasi yang dapat menggeser nilai-nilai tradisional dalam berpakaian dan mempengaruhi identitas budaya lokal.

      Di Indonesia, Korean Wave atau budaya Korea kini  telah menjadi tren yang populer, terutama di kalangan anak muda. Korean Wave mencakup musik (K-Pop), drama (K-Drama), dan variety show yang menarik perhatian baik dari laki-laki maupun perempuan. Remaja Indonesia tertarik dengan fashion Korea yang unik, seperti gabungan fashion dari berbagai musim, sehingga menambah variasi dalam pakaian mereka. Namun, masuknya budaya fashion Korea juga memiliki dampak negatif, seperti kurangnya apresiasi terhadap budaya fashion tradisional Indonesia dan tekanan untuk mengikuti tren Korea yang dapat menyebabkan perilaku hedonisme dan pengeluaran biaya yang lebih tinggi.    

      Pengaruh Korean Waves terhadap fashion remaja sangat signifikan dalam membentuk tren busana di kalangan remaja Indonesia. Korean Waves, memiliki dampak yang kuat dalam membentuk tren fashion di kalangan remaja. Remaja Indonesia semakin banyak mengadopsi tren fashion Korea dalam pilihan pakaian, gaya rambut, dan gaya secara keseluruhan. Popularitas idola K-Pop dan aktor Korea seringkali menjadi inspirasi utama dalam menentukan tren fashion yang ditiru oleh remaja. Fenomena Korean Waves yang didorong oleh media sosial dan popularitas selebriti lokal telah mempercepat penerimaan konsumen terhadap tren fashion Korea di kalangan remaja Indonesia. Selain itu, adopsi tren fashion Korea juga mencerminkan bentuk pertukaran budaya dan apresiasi terhadap gaya dan estetika Korea, menunjukkan bahwa remaja Indonesia tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga menghargai keunikan budaya Korea dalam dunia fashion. Saran yang diberikan adalah agar generasi muda Indonesia tetap menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme, menjaga budaya dan nilai-nilai tradisional, serta mempromosikan fashion berdasarkan gaya tradisional seperti batik baik di tingkat nasional maupun internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun