Mohon tunggu...
rastiami
rastiami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Transformasi Digital

30 Juni 2024   20:27 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:00 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

DAMPAK TRANSFORMASI DIGITAL TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA: TINJAUAN ATAS KONEKTIVITAS GLOBAL, IDENTITAS BUDAYA, DAN POLA INTERAKSI MASYARAKAT DALAM ERA DIGITAL

             Dalam era digital yang sangat dinamis, transformasi digital telah membawa perubahan yang signifikan terhadap perilaku sosial dan budaya masyarakat. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan konektivitas global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi aspek ekonomi dan politik, tetapi juga membawa dampak yang luas terhadap perubahan sosial budaya. Dalam era digital ini membuka sumber informasi yang tidak terbatas baik melalui internet maupun media digital, sehingga memungkinkan masyarakat mendapat informasi yang lebih cepat. Kemajuan ini bukan hanya mengubah aksebilitasi dan penyebaran informasi, namun juga mempengaruhi cara interaksi individu dengan individu lainnya. Konektivitas global dalam era digital adalah bentuk globalisasi digital yang menghubungkan negara, industri, perusahaan, dan individu di seluruh dunia dengan arus data, informasi dan pengetahuan, serta arus barang, jasa, investasi, dan modal yang bersifat digital (Luo, 2022).

            Teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Era digital ini mengubah cara interaksi dan komunikasi dengan memperkenalkan teknologi dalam bentuk smartphone maupun akses internet yang dapat membawa perubahan terhadap interaksi, komunikasi, dan akses informasi di masyarakat (Polnaya, Pariela, & Murwani, 2023).

            Transformasi digital di kalangan masyarakat menjadi perhatian utama. Pendorong perubahan dalam fenomena tersebut yaitu bisa dengan adanya akulturasi budaya dengan sentuhan teknologi informasi (Cahyono, 2016). Budaya dapat menjadi salah satu tanda berkembangnya peradaban dari dulu hingga saat ini. Budaya didasarkan pada nilai-nilai tradisi yang diturunkan secara turun-menurun kepada generasinya. Pelestarian budaya pun senantiasa dilakukan agar tetap terjaga kelestariannya. Pelestarian budaya tersebut menjadi bukti nyata adanya implementasi nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Indonesia sendiri menjadi negara yang kaya akan warisan budaya. Hal ini menjadi sebuah tantangan sendiri bagi masyarakat untuk dapat mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di daerahnya masing-masing.

            Era digital telah menciptakan ruang baru di mana individu dapat membangun dan mengekspresikan identitas mereka melalui platform digital. Transformasi digital ini dapat membawa perubahan juga pada dinamika sosial dan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun. Dan tidak jarang perubahan ini mempengaruhi nilai tradisional, norma, praktik budaya dalam masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan munculnya fenomena homogenisasi budaya, di mana identitas budaya khas dapat terlupakan atau digantikan oleh budaya global yang dominan, seperti budaya Korea dan juga Amerikanisasi melalui produk-produk konsumen dianggap dapat menggerus identitas budaya lokal dan memunculkan homogenisasi budaya  (Aprinta, 2023). Sehingga, perlu adanya pemahaman mendalam terkait identitas budaya yang di pengaruhi oleh teknologi digital untuk dapat mengetahui perubahan sosial akibat era digital ini.

            Berdasarkan informasi dari Direktoral Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Munculnya teknologi dan transformasi digital telah mengubah perspektif dan interaksi masyarakat secara signifikan, pergeseran ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk transaksi keuangan, Misalnya transaksi yang tadinya menggunakan mata uang fisik kini dapat dilakukan melalui sarana elektronik seperti Qris. Demikian pula, layanan publik seperti perizinan telah beralih dari proses manual ke platform yang sepenuhnya online, sehingga menghilangkan kebutuhan akan interaksi tatap muka dan memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal waktu dan lokasi (Ditjen SDPPI - Kementerian Komunikasi Dan Informatika, (2019).

            Munculnya material budaya seperti gadget yang dilengkapi media sosial sebagai hasil inovasi dan penemuan baru menyebabkan perubahan pola interaksi di masyarakat, yang mana hal ini bisa dikatakan sebagai reaksi terhadap perubahan tersebut. Implikasi dalam perubahan budaya di era digital ini membawa pengaruh yang lebih luas terhadap hubungan antara masyarakat adat dengan masyarakat luas. Dengan demikian dapat menimbulkan risiko yang diakibatkan teknologi digital ini, seperti pergeseran nilai tradisional akibat paparan budaya luar yang sering didistribusikan oleh media digital. Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang muncul, era digital menjadi instrumen kunci dalam memahami dampak transformasi digital ini, fokus pada konsekuensi transformasi digital terhadap konektivitas global, identitas budaya, dan pola interaksi masyarakat menjadi isu yang sangat relevan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meninjau dampak transformasi digital terhadap perubahan sosial budaya dengan fokus pada tiga aspek utama: konektivitas global, identitas budaya, dan pola interaksi masyarakat.

Konektivitas Global dalam Era Digital

Konektivitas global yang semakin erat melalui internet dan teknologi digital telah membuka peluang baru bagi masyarakat di seluruh dunia untuk terhubung, berkolaborasi, dan bertukar informasi. Perdagangan elektronik (e-commerce) menjadi salah satu contoh nyata dari bagaimana konektivitas, global memfasilitasi transaksi bisnis lintas negara. Pelaku bisnis dapat menjalankan operasi mereka secara online, menjangkau konsumen di berbagai belahan dunia, dan melakukan transaksi tanpa harus berhadapan secara fisik. Selain itu, konektivitas global juga memungkinkan pertukaran informasi tentang produk, harga, dan permintaan pasar secara real-time, memungkinkan pelaku bisnis untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan pasar global. Dalam konsep global village, konektivitas global dalam era digtal mengacu pada fenomena di mana batas-batas wilayah dan masyarakat semakin terkikis akibat perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi yang semakin canggih. Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia semakin terhubung dengan masyarakat global, sehingga pola hubungan antarindividu dan antarmasyarakat semakin terikat satu sama lain.

E-Commerce Indonesia telah berkembang pesat dari tahun 2020 hingga 2022. Sejarah perkembangan e-commerce di Indonesia dimulai pada tahun 1994 ketika Indosat menjadi ISP komersial pertama. Pada tahun 1999, Kaskus didirikan oleh Andrew Darwis, diikuti oleh Bhinneka.com sebagai e-commerce pertama. Pada tahun 2000, Lippo Shop muncul sebagai platform penjualan online dari Lippo Group. Pemerintah menyusun draft Undang-undang e-commerce pada tahun 2001. Multiply.com muncul pada tahun 2003, diikuti oleh Tokobagus (sekarang OLX Indonesia) pada tahun 2005. Layanan uang elektronik Doku diluncurkan pada tahun 2007, sementara Tokopedia didirikan pada tahun 2009. Pada tahun 2010, Gojek dan Bukalapak didirikan, diikuti oleh Blibli. Pada tahun 2011, Tiket.com muncul, diikuti oleh Traveloka, Idea, dan Lazada Group pada tahun 2012. Zalora memulai operasi di Indonesia pada tahun 2014, sementara Tokopedia mendapat investasi US$100 juta. Pada tahun 2015, Shopee masuk ke pasar e-commerce Indonesia. Pemerintah meluncurkan Perpres Nomor 74 Tahun 2017 tentang Road Map e-Commerce pada tahun 2017. Bukalapak melakukan PHK massal pada tahun 2019. Pada tahun 2020, blanja.com ditutup, dan e-commerce mengalami pertumbuhan signifikan karena perubahan perilaku konsumen akibat social distancing. Perusahaan e-commerce terus berkembang pesat hingga saat ini, meluas ke transaksi pembayaran tagihan dan keuangan digital.

E-commerce, atau perdagangan elektronik, memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk konektivitas global di era digital ini. Berdasarkan buku "Electronic Commerce-Strategi dan Konsep Bisnis di Dunia Maya," e-commerce telah mengubah cara bisnis dilakukan dengan memungkinkan perusahaan untuk melakukan transaksi secara online tanpa terbatas oleh waktu dan ruang. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memperluas jaringan bisnis mereka dengan pemasok, distributor, rekanan, dan konsumen secara lebih efisien melalui hubungan "many-to-many relationship." Dengan adanya e-commerce, perusahaan dapat meningkatkan kinerja bisnis inti mereka dan menciptakan produk baru dengan cepat melalui interaksi yang lebih efektif dengan berbagai entitas eksternal. Selain itu, e-commerce juga memungkinkan terbentuknya komunitas digital di mana individu, keluarga, institusi, perusahaan, negara, dan komunitas lebih besar dapat saling berinteraksi untuk pertukaran data, informasi, produk, dan jasa. Dengan demikian, e-commerce tidak hanya menjadi alat untuk melakukan transaksi bisnis, tetapi juga menjadi pemicu terjadinya efisiensi, inovasi, dan konektivitas global yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia di abad ke-21. E-Commerce bisa dibilang sebagai pasar global dengan bentuk digital, yang mana dalam e-commerce itu banyak produk-produk dalam bahkan luar negeri yang bisa dijangkau hanya dengan digital, tanpa perlu pergi ke luar negeri. Misalnya membeli case hp di china. Salah satu e-commerce yang terkenal seperti shopee, tokopedia, blibli, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun