"Di jalan-jalan raya, di muka-muka rumah-rumah makan, ya dimana-mana kelihatan orang yang setengah telanjang dan setengah mati. Mereka mengemis meminta sisa makanan orang, juga makanan anjing sudah sedap pula oleh mereka. Setiap hari kelihatan orang tergelimpang di tengah jalan. Orang banyak berkerumun dan jika ada salah seorang bertanya, "Mengapa ia tergelimpang di sana ? ..." dijawab yang lain "Untuk mencari makan."
"Seorang anak muda duduk di bawah sebatang pohon, telanjang sebenar-benarnya, seperti kuda atau binatang lain. Setiap ada orang yang melewatinya, ditutupnya sebagian tubuhnya, tetapi apalah yang dapat ditutup dengan dua buah telapak tangan. Anak-anak gadis melihat kepada anak muda itu dan mereka tertawa, seperti ada yang lucu pada anak muda itu. Anak muda itu tidak dapat berjalan, tidak dapat mengemis, malu masih ada pada dirinya. Ia duduk saja di bawah batang kayu itu sehari-hari. Jika hari sudah malam betul, baru berani ia keluar. Matanya selalu memandang ke kali dekat tempatnya itu. Jika ada bangkai ayam atau bangkai orang hanyut, tergesa-gesa ia turun ke kali itu, diangkatnya bangkai ke tepian dan ... dimakannya. Anak muda itu pun kesudahannya mati juga, tidak kekurangan makan, tetapi karena terlampau banyak makan bangkai".
Potongan paragraf pada cerita Jawa baru, tidak tertahankan lagi bagaimana kepedihan hidup di era itu. ironi, Idrus menangkap setiap kejadian dengan jujur dan mengutuk sendiri bagaimana gaya hidup itu dan tertuang di setiap kata-kata yang menjadi sejarah pada bukunya.
Bicara kelebihan buku, menurut saya kelebihan buku ini kita dapatkan bagaimana terperangahnya kita pada setiap moment dan suasana yang menjadi kemelut di zaman jepang maupun kedatangan sekutu.
Dimulai dari gaya hidup yang dari segala aspek dan perjuangan rakyat indonesia dalam memerangi hari-harinya, itulah yang menjadi inti cerita.
Secara keseluruhan, Cerita dan cara penyampaian Idurs lah yang menjadi kelebihan buku ini. Kekurangan, kita bakal sering menemukan perulangan kata-kata di setiap penulisan dan itu wajar mengingat gaya penulisan di zaman dahulu.
Buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke roma ini rekomendasi sekali bagi setiap rakyat indonesia tapi tidak untuk semua kalangan, ada batasan umur barangkali untuk membaca nya, mengingat tragedi-tragedi yang di ceritakan begitu brutal dan ke ironian yang mendalam di setiap paragraf ceritanya.
Gambaran agar kita rakyat indonesia lebih banyak lagi belajar dan membuat bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Seluruh tulisan ini berdasarkan dari website saya sendiri http://www.rasssian.com/dari-ave-maria-ke-jalan-lain-ke-roma/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H